Kamis, 06 Februari 2020

"ARJUNA DALAM EPOS MAHABHARATA" By Sri Guritno & Soimun HP

Blog Ki Slamet 42: Wayang Islami
Jumat, 07 Febuari 2020 - 09.18 - WIB

Image "Arjuna" (Foto: google)
Arjuna
A.           SILSILAH

        PANDDHU ᗔ     
     KUNTHI
          ᗕ - - - - - - - - BATHARA INDRA
        Drupadi
       ᗕ Arjuna ᗔ
        Subadra
         Ulupi
        Larasati
        Srikandi
J      Jimambang
        Pratiwidya
       Abimanyu
         Irawan
        Sumitra
        Kumala Dewa
       Kumala Sakti













B.           DESKRIPSI CERITA

Sebagaimana kelahiran Puntadewa dan Bima melalui mantra Adityahredaya, lahirnya Arjuna pun melaluimantra tersebut. ketika Pandu menginginkan seorang anak yang sakti tanpa ada yang menandingi dan berbudi luhur, ia lalu meminta petunjuk kepada para Brahmana. Atas petunjuk para Brahmana, Pandu disarankan Bersamadi  untuk memohon kepada Bathara Indra, yang dalam duni pewayangan dikenal sebagai rajanya para dewa. Adapun caranya, setiap hari – sejak matahari mulai merekah dari arah timur sampai matahari tenggelam ke arah barat – Pandu harus berdiri dengan sebelah kaki, sedang kaki yang satunya harus digantung. Di samping itu, setiap malam tiba Pandu harus memusatkan samadinya untuk memohon kepada Bathara Indra sampai Sang Bathara itu mendatanginya.

Walaupun jalan yang harus ditempuh oleh Pandu terasa sangat berat, akan tetapi karena adanya dorongan yang sangat kuat untuk mewujudkan keinginannya tu, maka semua petunjuk para Brahmana tersebut tetap dilaksanakan dengan penuh kesabaran. Ementara itu Bathara Indra yang sebenarnya sudah mengetahui keinginan Pandu, hatinya merasa iba karena melihat betapa bersungguh-sungguhnya Pandu, hatinya merasa iba karena melihat betapa bersunguh-sunguhnya Pandu dalam bersamadi. Oleh karena itu, Bathara Indra mendatangi Pandu sambil bersabda,

“Hai Pandu! Saya sudah mengetahui apa yang menjadi keinginanmu. Ketahuilah, bahwa permintaanmu akan saya kabukan”. Setelah bersabda demikian, Sang Bathara Indra lalu menghilang dari pandangan mata.

Hilangnya Bathara indra ini diikuti dengan badarnya Pandu dalam melaksakan samadinya. Ketika itu, ia sempat tertegun dengan peristiwa yang baru saja dialaminya. Namun ia segera sadar lalu memanggilpermaisurinya Dewi Kunthi. Selanjutnya Pandu bersabda,

“Wahai Dinda! Ketahuilah keinginan saya untuk mendapatkan serang putera yang sakti tanpa ada yang menandingi, berbudi luhur dan pandai menggunakan segala macam senjata akan segera dapat terwujud, karena Bathara Indra telah memberi ilham ketika sya sedang bersamadi. Oleh karena itu, segeralah Dinda mendatangkan Batara Indra dengan kekuasaan mantra Adityahredaya”. Mendengar perintah suaminya itu, Dewi Kunthi menjawab, “Baik Kanda, perintah paduka akan hamba laksanakan”.

Dewi Kunthi segera mohon diri dari hadapan suaminya, ia segera mohon diri dari hadapan suaminya, menyiapkan sesaji sebagai syarat untuk membaca mantra Adiyahredaya. Setelah semuanya tersaji, Dewi Kunthi lalu membaca mantra sambil berkonsentrasi penuh kepada Bathara Indra. Tanpa diketahui dari arah mana datangnya. Tiba-tiba Bathara Indra telah berada di hadapan Sang Dewi. Tanpa basa-basi lagi Sang Bathra menyatukan rasa dengan Dewi Kunthi sehingga menjadi hamil. Sang Dewi lalu melahirkan serang bayi laki-laki yang diberi nama Arjuna. 1*)

Bersamaan dengan lahirnya Arjuna, di udara terdengar suara dari langit yang keras dan menggema,

“Hai Kunthi, ketahuilah! Putramu yang baru lahir itu kelak mempunyai kesaktian yang sama denganPrabu Kertawijaya, keperwiraannya sama dengan Bathara Siwa. Jika berperang tidak dapat dkalahkan lawan seperti Bathara Indra. Ya putramu inilahnantinya dapat membuat rasa senang keluarganya dan selalu membuat senang hatimu. Sebagaimana dengan putrinya Dewi Aditiyang bungsu yaitu Bathara Wisnu. Putramu itu nantinya juga dapat menaklukkan berbagai bangsa, seperti bansa Somaka, bangsa Cedhi, dan bangsa Kasi.  Ya, putramu ini pulalah yang nantinya akan memberi bantuan Batara Agni dalam menumpas alas Kandhawa”.

“Hai Kunthi, ketahuilah! Kesaktian putramu itu nantinya sama dengan Bathara Wisnu, seimbang dengan putranya Resi Jamadagni yang bernama Ramaparasu. Ya, hanya putramu itulah yang nantinya mampu menandingi Bathara Sangkara, sehingga membuat Sang Bathara merasa gembira. Untuk mengungkapkan rasa kegembiraannya itu maka putramu akan diberi anugerah senjata “Pasopati”. Bathara Indra pun juga akan meminta bantuan kepada putramu untuk membunuh Nitakawaca”.

Mengumandangnya suara tersebut telah menembus ke seluruh penjuru wilayah Gunung Saptarengga (tempat bertapanya Pandhu), sehingga semua makhluk hidup yang ada di sana dapat mendengarnya dengan jelas. Konon, para Brahmana, para pendeta, para pertapa di wilayah tersebut lalu mendatangi padepokannya Pandhu
Untuk memberi anugerah bayi yang baru saja dilahirkan oleh Dewi Kunthi itu. Selain itu, tujuh maharsi yang namanya sudah kesohor, seperti Bharatwaja, Kasyapa. Wiswamitra, Botama, Jamadagni, Wasista, dan atri juga ikut datang untuk mendoakan. Bahkan, para dewa ataau apsara, widadara, rajanya naga, rajanya garuda, dan lain sebagainya juga turut berdatangan ke padepokannya Pandhu guna memberi selamat atas kelahiran putranya.

Di gunung Saptarengga, Arjuna beserta saudara-saudaranya (Pandhawa) sempat mendapat didikan ayahnya dengan berbaga pengetahuan, setelah akhirnya ayahnya itu meninggal karena kutukan Resi Kimindama(baca cerita Pandhu papa), ketika mereka masih berusiaanak-anak. Dengan meninggalnya Pandhu, maka Maharsi Wiyasa (ayah Pandhu) lalu memboyong Dewi Kunthi, Arjuna dan saudara-saudaranya ke padepokan Ngerawu.

Namun, tidak lama kemudian – atas inisiatif Widura (adik Pandhu) – Dewi Kunthi dan putra-putrinya itu diboyong lagi ke kasatrian Astinapura. Hal ini karena Pandhu putra tersebut nantinya harus menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja di Astinapura, yang waktu itu diwakilkan kepada Drestarastra (kakak Pandhu). Untuk itu Widura merasa berkewajiban mendidik keponakan-keponakannya itu. Dengan direstui oleh Resi Wara Bhisma, maka mulai saat itulah Widura mendidik keponakan-keponakannya dengan berbagai pengetahuan tentang kenegaraan, pengetahuan tentang agama. Dan kewajiban-kewajiban seorang ksatria dalam menjalani hidupnya. Ketika Resi Wara Bhisma yang telah mendapat anugerah dari dewa itu memperhatikan cucu-cucunya (Pandhawa) satu persatu, ia dapat mengenali dengan jelas bahwa cucu-cucunya itu merupakan “titah” kesayangan para dewa. Sang Arjuna, sangat diharapkan oleh Bisma agar nantinya dapat menjadi seorang prajurit yang sakti dan dapat menjadi “lelakinya” para senopati di medan pertempuran.

_________________________________
1*)  Arjuna  mempunyai banyak nama lain. Menurut pedalangan nama-nama itu di antaranya:Pritaputra, Janaka, Permadi, Dananjaya, Kumbalyali, Ciptaning, Mintaraga, Pandisiwi, Indranaya, Jahnawi Palguna, Damaswara, dan Margana ( Sudibyoprono. Rio, tt: 36). Sedangkan menurut Bhagavadgita, di antaranya : Anagha. Bharatashabha, Bharatassama, Bharatasreshtha, Dananjaya. Gudkesa. Kuntiputra. Kurunandana. Kuruprawira. Mahabahu, Pandawa, Parantapa, dan Parta ( Pendit. Nyoman S., 1991; XXXVI ) 

—KSP 42—

R E F E R E N S I :
Sri Guritno – Purnomo Soimun HP,
KARAKTER TOKOH PEWAYANGAN MAHABARATA
Proyek Pemanfaatan Kebudayaan
Direktorat Tradisi dan Kepercayaan
Deputi Bidang Peestarian dan Pengembangan Budaya
Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
Jakarta 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar