Sabtu, 21 Desember 2013

Sanggar Wayang Gogon I


Wayang terbesar versi Sanggar Wayang Gogon I

Sejarah munculnya karya Wayang Semar ini berawal
pada thn 2007, saat saya lulus kuliah di ISI pedalangan Solo, saya mempunyai ide gagasan akan membuat wayang Semar yg terbesar dengan tujuan untuk mendapat rekor MURI. Ide dan gagasan ini ternyata mendapat respon positif dari salah satu moll di kota Solo.

Pada akhir tahun 2012  kami mulai membuat wayang Semar tersebut. Untuk itu saya sowan kepada walikota Solo untuk mengundang beliau agar bersedia hadir dalam acara tersebut, dan ternyata acara tersebut dari walikota Solo bahkan agar di jadikan acara pemkot Solo yang jadwal acaranya d pada bulan Februari 2013 bersamaan dengan acara Bedhaing Kartosura ke Surakarto. Akan tetapi pada kenyataannya di undur bulan Juni bersamaan dengan acara ulang tahun kota Solo. Pada malam harinya di pentaskan wayang kulit semalam suntuk dgn dalang Ki Manteb Sudarsono dgn lakon Semar boyong.

Pada bulan Juni 2013 pementasan wayang kulit dengan lakon Semar Boyong telah terselanggara di perempatan Gladak Solo, tetapi acara Semar yg kami buat ini di undur lagi bulan juli 2013 pas acara refleksi walikota Solo, ternyata di undur lagi 1 Oktober 2013 dalam acara Semar Boyong pada hari Kesaktian Pancasila, dan semua pemkot seluruh camat lurah warga seluruh kota Surakarta semua di libatkan di dalamnya, termasuk wali kota, sekda, dinas pariwisata dan segenap intansi lainnya. Semua acara sudah tertata dengan baik, hampir setiap hari rapat untuk terselengaranya acara Semar Boyong di kota Solo sesuai acara Semar berukuran lima meter ini akan di kirap mulai dari taman Sriwedari sampai masuk balai kota, akan tetapi apa yang terjadi? Semua hanya tinggal kenangan, tidak ada kejelasan keterangan dari pihak dinas Pariwisata Solo maupun Pemkot Solo jadi atau batal atau mundur. Semuanya  tidak bisa membrikan informasi yang jelas dan pasti.

Setelah tgl 1 oktober 2013 secara resmi saya keluar dari komunitas yg di sebut komunitas Solo Hebat, mohon maaf, dengan berat hati saya harus menulis kisah ini karena ini kisah nyata di dalam perjalanan kami. Oleh karena sudah tidak ada kejelasan dari kota Solo, pada 2 Oktober 2013 saya mengirim surat ke Museum Wayang di Jakarta, yg isinya karya Wayang Semar berukuran 5 meter akan saya hibahkan ke museum wayang di jakarta. Surat tersebut di balas oleh kepala museum. Mengapa saya hibahkan ke museum wayang di jakarta, semua itu karena kami lebih di terima di kota lain dari pada di kota sendiri.

Pada tgl 23 Oktober 2013 kami di undang ke Bank Indonesia Pusat jakarta, dan dihadiri para pejabat terkait di jakarta dari perwakilan museum kota tua. Selanjutnya saya masih harus menunggu perintah dari Jakarta tentang kepspastian untuk di izinkan berangkat atau tidak oleh  Bank Indonesia. Setelah menunggu sampai malam, jam 11 pada 21 oktober 2013 saya sudah putus asa, karena belum juga ada telpon dari jakarta bahwa saya harus berangkat atau tidak.  Saya berharap menyerahkan tokoh wayang Semar yang kami buat setinggi 1 meter dengan lebar 5 meter kepada salah satu pejabat di Jakarta. Akhirnya jam 11.30 malam saya mendapat telepon dari jakarta yang isinya, “pokoknya mas Gogon di terima atau tidak, kalah cacak menang cacak mas Gogon berangkat ke Jakarta”. Dengan penuh kegembiraan dan semangat, saya langsung berangkat membawa Wayang Semar berukuran tinggi 1 meter dan lebar 5 meter tersebut, dan tancap gas sendirian ke jakarta. Ijen tanpo rowang hanya tokoh Semar yang kami bawa dan beberapa wayang yang selalu menemani kemanapun saya pergi. Saat itu saya hanya membawa uang Rp 300.000 dan uang tabungan di ATM pun juga sudah habis. Saya berpamitan pada istri saya, “sayang, uangnya aku pake sangu ya, tidak saya tinggali kalau makan, makan di tempat ibu”, dan istri saya tercinta menyadari keadaan saya, saya tetap percaya di jakarta pasti ada pertolongan.

Sesampai di jakarta, waktu sudah siang hari, saya bermalam di salah satu satu rumah teman di jakarta, dan baru ke esokan harinya saya berangkat ke Bank Indonesia pusat jakarta pd 23 Oktober 2013.

Acara di Bank indonesia di buka jam 9 pagi, dalam acara tersebut setelah pembukaan pemukulan gong, yang di lakukan oleh kepala upk jakarta, dan saya di undang ke depan untuk menyerahkan cindera mata kepada kepala upk yakni ki lurah semar yang kuncungnya terurai sampai ke kaki. Saya berpesan kepada seluruh pejabat yg menghadiri acara tersebut, bahwa ini tokoh wayang ki lurah semar baru yang kecil setinggi 1 meter, saya akan membawa semar yang lebih besar dari ini setinggi 5 meter, sudilah di terima di kota jakarta ini dengan baik, dan semua pejabat yang hadir sangat antusias untuk penerimaan semar tersebut, setelah acara pembukaan selesai di lanjurkan acara inti sampai jam 14.00. Setelah jam 14.30 saya di panggil pembawa acara untuk maju ke mimbar depan untuk melakukan acara pembuatan wayang, saya terkejut tidak ada konfirmasi acara yang saya harus memberi worksop tatah sungging, namun disini saya harus maju dan akhirnya saya tidak mengulas tentang tatah sunggeng karena tidak membawa peralatan,bawanya hanya wayang beberapa yg selalu saya bawa. Saya di sini mengulas tentang wayang dan filosofinya antara tokoh yang baik maupun angkara murka,yang intinya bahwa wayang adalah sebagai gambaran manusia di alam nyata ini,dan sebaik baiknya tokoh wayang pasti ada sisi jeleknya,dan sejelek jeleknya tokoh wayang pasti ada sisi baiknya. Setelah ini ada salah satu pejabat yang bertanya..(selamat sore, saya di sini tidak tahu wayang sama sekali, tetapi setahu saya bahwa Semar yang di serahkan tadi kok rambutnya panjang, apakah itu tidak menyalahi pakem atau nanti anak turun kita akan rancu untuk memahami tokoh Semar tersebut,)

Itulah pertanyaan yang saya nanti nanti sejak pertemuan di mulai tadi, memang benar pertanyaan yg di lontarkan oleh salah satu pejabat tersebut, namun saya jawab. ini sebenarnya bukan rambut pak,tetapi ini adalah kuncung semar yang terurai sampai ke kaki, kenapa saya buat panjang, karena selama ini para pejabat pejabat sudah lupa dengan tokoh semar,yang sebagai gambaran inilah sang pamomong, ini gambaran rakyat kecil,tetapi sekaligus dewa, kyai lurah semar ini walaupun rakyat kecil,tetapi apabila marah dewapun tidak ada berani kepada ki lurah semar,mengapa kuncung sampai terurai kebawah,itulah jawabanya karena sudah tidak di perhatikan oleh para pejabat,jangan sampai kuncung semar ini tambah panjang,tampah panjang sampai menyelimuti bumi nusantara ini,apabila sampai panjang menutupi bumi ini bangsa ini akan hancur,makanya sebelum hancur sudah cukup sekian kuncung semar jangan sampai bertambah panjang.

Wayang Kyai Lurah Semar dalam konsep ini penggarapannya kami buat berukuran 4 meter dan gapitnya 5 meter, sesuai dgn filosofi harfiah yg di ambil,berarti kiblat papat limo pancer, yang bermakna empat arah mata angin dan satu titik pusat di tengah. Diibaratkan manusia yg mencari jati diri, yg melalui empat penjuru mata angin dan tetap bertumpu pada satu kesatuan, atau pula dalam makrifat di artikan kemanapun manusia mencari suatu tujuan. namun tetap bertumpu pada satu titik yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Dan kuncungnya pun juga terurai sampai ke kaki, makanya saya mohon dengan sangat kepada bapak kepala UPK Jakarta beserta pejabat pejabat yang lain. Kami mohon nanti yang menerima tokoh wayang Ki Lurah Semar ini adalah pejabat yang tertinggi di jakarta ini, entah siapapun saya tidak akan menyebut nama,dan harus berani dan bisa menggulung kuncungnya semar ini kembali ke atas seperti semula yaitu menjadi satu kesatuan Kuncung semar,barulah kyai lurah semar kita semayamkan di museum wayang.saya tidak menutup kemungkinan siapapun pejabat nanti yang mendapatkan amanah kuncung semar ini harus di gulung ke atas, wallahualam kita serahkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Itulah yang kami bicarakan saat saya di beri kepercayaan pidato di depan para pejabat jakarta pada tgl 23 oktober 2013,mulai jam 14.30 sampai jam 16.00.

Langsung setelah acara selasai semua pejabat dan panitia merapat,untuk membicarakan yang saya sampaikan di depan tadi.kata dari kepala upk jakarta(saya mendapat amanah dari mas gogon,dan amanah itu merupakan tantangan buat saya,dan tantangan tersebut akan saya ambil,kita realisasikan kapan mas ?),,saya jawab tahun ini pak tahun 2013,saya tidak mau tahun 2014 di tahun depan sudah ranah politik semua,dan saya tidak mau masuk ke dalamnya.masih ada waktu sekitar 2 bulan untuk persiapan penyambuatan ki lurah semar...Dan akhirnya acara selasai saya beranjak pulang.salah satu pejabat bertanya kepada saya(mas gogon pulang sama siapa?)saya jawab..sendirian pak..pejabat tersebut berkata lagi(sendirian...? aku ikut sama mas gogon,aku temenin...)..lhoh aku kaget......dan ternyata serius bapak tersebut menemani saya dalam perjalanan pulang ke solo.didalam perjalanan kami saling bertukar pengalaman dan menengok latar belakang kami masing masing,saya bicara apa adanya,saya hanya seorang rakyat kecil,rakyat biasa yg ingin melestarikan kebudayaan peninggalan nenek moyang kita,dan saya tidak bertendensi politik ataupun salah satu partai apapun,saya hanya inging mengungkapkan kegelisahan saya selama ini lewat wayang.yg selama ini saya ulangi semar sudah tidak di perhatikan oleh para pejabat kita.

Perjalanan kami sampai di Kebumen dan beristirahat di kota Kebumen, pejabat tersebut turun di Kebumen, sampai di sini dulu sudah sampai Kebumen pejabat tersebut kembali ke Jakarta naik bus umum, sedangkan  saya melanjutkan pulang ke Solo. Setiba di kampung halaman, saya kembali ke Sanggar Wayang Gogon. Selanjutnya bertemu dgn teman teman sanggar, dan saling menginformasikan hasil pertemuan di jakarta, dan teman teman sanggar gogon sangat senang dan mendukung.

Mulailah saat itu kami tambah semangat,bahwa kyai lurah semar lebih di hargai di kota lain dari pada di kota solo yang tercinta. Sedikit demi sedikit kami mengumpulkan uang untuk membeli kulit, saya kumpulkan dengan kerja keras bersama teman teman. Pada malam 1 sura saya mulai natah mulai dari kuncung Semar, berlanjut sampai nyunggeng selesai. Waktu itu, untuk tangan Semar belum ada kulitnya, karena belum mempunyai dana untuk membeli kulit. Akhirnya kami dapat rejeki untuk membeli kulit untuk tangan Semar yang menghabiskan kulit 3 lembar sedang untuk wayangnya sendiri menghabiskan kulit sebanyak 7 lembar kulit.

Pakhirnya jadilah sang tokohWayang Kyai Lurah Semar selesai tepat pada akhir bulan Suro ini. Setelah selesai saya berniat mohon doa restu kepada pejabat pejabat di Solo, termasuk kepala dinas pariwisata dan Walikota Solo, dengan maksud supaya memberi dukungan spirit dan kami memohon untuk memberikan alat tranportasi untuk perjalanan dari Solo ke Jakarta, tetapi apa yang kami dapat dalam jawabanya. Kota solo tidak bisa memberikan alat tranportasi ke Jakarta hanya bisa memberikan surat jalan. Ya, tidak apa-apa yang penting kami sudah mendapatkan surat jalan. Selanjutnya kami mengumpulkan dana dari teman teman untuk menyewa truk ke jakarta. Berkat dukungan dan semangat dari teman teman, akhirnya kami bisa menyewa truk untuk mengangkut Ki Lurah Semar. Kami percaya pasti Tuhan pasti akan selalu memberi jalan manusia yang tak putus asa berjuang.

Dalam pengerjaan Semar ini kami mangalami cobaan yg sangat berat, namun cobaan itu tidak membuat saya patah semangat, saya tetap berjuang untuk mewujudkan Semar ini sebisa dan semampu saya. Dalam pengerjaan Kyai Lurah Semar ini saya juga berpuas, dan melakukan upacara sesuai adat Jawa dengan harapan Tuhan akan memberikan keselamatan dan per lindungan.

Dalam pengerjaan Semar ini sesungguhnya tidak menduga sebelumnya jika Semar akan lahir di bulan Sura tahun ini. Namun inilah yang terjadi Semar selesai pengerjaan di bulan Sura dan akan kami giring ke pusat pemerintahan di Jakarta, setelah selesai dalam pembuatan wayang kyai lurah semar setinggi 5 meter akan kami giring bersama teman teman dan mohon dukungan semua masyarakat.

Seluruhnya akan memulai perjalanan dari Solo ke Jakarta. Mohon doa restu untuk seluruh teman teman saya,untuk menyelesaikan amanah ini,dan mohon dukungan sepenuhnya dari seluruh teman teman yang mengetahui perjalanan Kyai Lurah Semar,yang akan kami bawa dari Solo ke Jakarta,dengan rute, Solo, Jogja, Magelang, Temanggung, Banyumas, dan Jakarta. Dengan maksud mengandung filosofi jawa, bahwa pusatnya bumi dan bersemayamnya Ki Lurah Semar ada di antara kota tersebut, maka dengan ini Kyai Lurah Semar harus mengelilingi perutnya bumi. Untuk teman teman yg akan kami lewati nanti, mohon dengan sangat untuk membantu, apapun yang terjadi di perjalanan nanti, apalagi mau dengan suka rela mengikuti perjalanan Semar ini sampai di Jakarta, dengan harapan, agar budaya Jawa Indonesia tetap lestari, amin.

Pelaksanaan  dimulai dengan start dari Solo pada tanggal 9 Desember 2013 jam 09.00. Ki Lurah Semar sesampainya di Jakarta sudah di perebutkan dalam 3 event yaitu,

1. Apresiasi Kota Jakarta.
2. Gebyar Kota Jakarta.
3. Festival Wayang Nusantara.

Semuanya berada di bulan Desember 2013, dan di rencanakan akan di terima pada tgl 11 Desember 2013.

Saya memberi penjelasan kepada panitia yang meyelenggarakan Kyai Lurah Semar akan di selenggarakan atau di terima di event manapun kami tidak mempermasahkannya yang penting asal bisa menghadirkan pejabat tinggi di jakarta, namun apabila salah satu event tersebut memang di jadwalkan bisa menghadirkan pejabat tertinggi dan berani menggulung kuncungnya Semar ini. Tetapi apabila ternyata di hari “H”- nya pejabat tersebut tidak bisa hadir, makadengan sangat terpaksa Ki Lurah Semar akan kami cabut kembali, dan kami sendiri yang akan mencari pejabat tertinggi di Jakarta sampai ketemu. Dengan pernyataan ini semua panitia sangat mendukung, dan bila pejabat tersebut tidak hadir semua panitia ikut mendukung perjalanan Semar ini mencari sang bendoro yang mau di suwitani, entah saya tidak tahu siapa pejabat yang mendapatkan wahyu sang pamomong ini.

Setelah kuncung semar nanti berhasil d gulung oleh yang menerima sang pamomong tersebut,barulah kyai lurah semar kembali seperti sedia kala.dan menjadi sang pamomong dalam bentuk aslinya, barulah Kyai Lurah Semar kita semayamkan di museum wayang Jakarta. (Bersambung)

Mohon doa restu dan dukungan dari seni dan budaya rakyat indonesia!

Minggu, 15 Desember 2013

Wayang jadi tali persahabatan antarnegara



Senin, 16 Desember 2013 04:00 WIB | 1694 Views
Pewarta: Nanien Yuniar
 
Ilustrasi. Seniman wayang. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
"Kalau pakai budaya, lebih 'soft' daripada ekonomi, apalagi pertahanan atau politik yang penuh konflik,"
Jakarta (ANTARA News) - Wayang dapat menjadi tali persahabatan Indonesia dengan negara-negara lain yang memiliki hal serupa. Hal tersebut dikemukakan mantan Ketua Sekretariat Pewayangan Indonesia Solichin usai peluncuran buku "Gatra Wayang Indonesia", Minggu. Selain mempromosikan budaya nusantara, wayang disebutnya sebagai salah satu pilihan tepat untuk saling bekerjasama dan menciptakan perdamaian.
 
"Kalau pakai budaya, lebih 'soft' daripada ekonomi, apalagi pertahanan atau politik yang penuh konflik," kata pria kelahiran 10 Maret 1939 itu.

Mantan pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Pusat itu mengatakan salah satu contoh potensi wayang sebagai salah satu cara menjalin kerjasama internasional adalah lewat program Friendship Through Culture dengan negara lain yang memiliki budaya pewayangan.

"Semboyannya adalah saling melindungi dan menghormati. Kalau saling menghormati budaya, tidak akan ada pertentangan otomatis pertahanan akan bagus," ujarnya.

Organisasi negara-negara yang memiliki wayang pun telah didirikan, yaitu Asean Puppetry Association (APA) atau Asosiasi Wayang Asean.

Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © 2013

Ragam wajah wayang Indonesia



Senin, 16 Desember 2013 00:06 WIB 
Pewarta: Nanien Yuniar
ilustrasi Wayang Sumpah Pemuda Seorang dalang cilik memainkan wayang pada pementasan wayang di Halaman SMP Negeri 1 Ponorogo, Jatim, Sabtu (26/10). (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf)
"Penggeraknya adalah budaya yang mengandung kearifan lokal, dimulai dengan mempromosikan filsafat wayang,"
Jakarta (ANTARA News) - Wayang berkembang di nusantara sejak menjadi ritual animisme, sarana penyebaran agama, hingga hiburan. Bentuknya pun bervariasi di berbagai daerah di Indonesia, mulai dari wayang kulit dari Surakarta, Yogyakarta, Banyumas, dan Bali, wayang golek Sunda, wayang Sasak, wayang Palembang, wayang Betawi, hingga wayang orang. Sebagian dari aneka wajah wayang di Indonesia dikupas dalam buku "Gatra Wayang Indonesia" yang diluncurkan di Gedung Pewayangan Kautaman, Jakarta, Minggu.

Buku yang ditulis Solichin, mantan ketua Sekretariat Pewayangan Indonesia, menuturkan ciri khas dari sebelas jenis wayang Indonesia, seperti bentuk wayang, gaya pagelaran, dan perabotan yang dipakai dalam pentas wayang. Diselipkan juga riwayat tiap tokoh yang dinilai terkenal di tiap daerah, seperti Bima di Yogyakarta, Antasena di Banyumas, Baladewa di Jawa Timur, dan Gatutkaca di tanah Sunda. 
 
Selain memperkenalkan ragam wayang, Solichin juga ingin memperkenalkan potensi wayang sebagai sumber ilmu pengetahuan yang dapat berguna bagi peradaban Indonesia. Pasalnya, dia berpendapat kebudayaan Indonesia yang dinobatkan UNESCO sebagai World Heritage itu memiliki falsafah rumit yang dapat dirumuskan menjadi filsafat wayang yang kini jadi bidang studi resmi di Universitas Gajah Mada.

"Wayang sebagai pertunjukan sudah bagus, kita sekarang buka khazanah baru bahwa wayang dapat mendorong terciptanya iptek," lanjut dia.

"Penggeraknya adalah budaya yang mengandung kearifan lokal, dimulai dengan mempromosikan filsafat wayang," jelasnya.

Selain disebarkan ke sekolah dan universitas, "Gatra Wayang Indonesia" juga akan didistribusikan ke luar negeri.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2013