Selasa, 16 April 2019

Ki Slamet 42: "PESAN RELIGIUS KUPU-KUPU KECIL"

Blog Ki Slamet 42 : "Wayang Islami"
Rabu, 17 April 2019 - 03:21 WIB

SEMAR KUDAPAWANA (Foto: SP)

“PESAN RELIGIUS KUPU-KUPU KECIL”
( Semar Kudapawana )
Karya: Ki Slamet 42

Ada seekor kupu-kupu hitam mungil
terbang berputar di sudut terpencil
di ruangan tamu rumahku yang kecil
lalu hinggap di hiasan wayang krucil
      yang kemarin sore barulah aku ambil     
dari galeri lukisan sahabatku si Acil

Tadinya aku sama sekali tak tergoda
dengan kupu-kupu yang ba’ menyapa
karena aku asyik saksikan sepak bola
antara kesebelasan Persija Indonesia
versus kesebelasan PDRM Malaysia
score akhir Persija berjaya satu-dua

Ketika aku sedang makan kue Bugis
dan minumlah seteguk air kopi manis
di malam yang dingin rasa menggrigis
kupu-kupu itu terbang menyilang iris
aku berupaya menangkap tetapi kalis
kuulang menangkapnya tetaplah kalis

Aku mulai peduli dan bertanya-tanya
kenapa kupu-kupu itu di depan mata
melayang berputar hingga kali ketiga
hinggap lagi di wayang krucil Pawana  
matanya lihat ke arahku ba’ bertanya
Siapa itu tokoh Semar Kudapawana?

Sadari aku pun beranjak dari bangku
 segera ambil wayang Kudapawana itu
yang bersandingan dengan foto diriku
sedang kupu-kupu kecil keluar berlalu
kutatap wajah Kudapawana yang lugu  
berwarna putih dan badan hitam dalu

Ya, warna hitam dan putih dua warna
simbolnya kehidupan alam marcapada
 mengisi dalam romantika dan dinamika
ciptakan harmoni kehidupan di dunia
di alam kancahnya kehidupan manusia
 hewan dan alam tumbuhan herbivora

Dalam diri manusia ada akal dan budi
jika mampu mengelola dengan terpuji
menjadilah kita ini manusia yang sejati
insan manusia yang penuh mawas diri
yang perilakunya mengacu ajaran religi
tiadalah mengumbar nafsu dan ambisi

Dan tutur-katanya jadi penyejuk jiwa
satu di dalam perilaku sikap dan kata
menjadi tauladan dan bisa dipercaya
tetapi yang banyak terjadi dan nyata
akal dan budi berjalan semau-maunya
hanya jadi kendaraan umbar angkara

Hilang, lenyap, sirna kemanusiaannya
pun bahkan hilang pula harga dirinya
manja dengan nafsu syahwat durjana
ada oknum guru mencabuli muridnya
bahkan ada ayah tega gauli puterinya
sebab tak mampu menahan birahinya

Banyaklah ibu membunuh sang bayinya
karena merasa malu hamil di luar nika
penegak hukum pun kehilangan muka
tiada malu lagi menjual almamaternya
para pendawah kehilangan marwahnya
karena kitab tak lagi jadilah acuannya

Para politikus pun sirna kejuangannya
sebab tujuannnya hanya kursi semata
perilaku koruptifpun mentradisi kuat
setiap instansi hampir semua terlibat
oknum pejabatnya sikat uang rakyat
karena terbebani nafsu kian berkarat

 Saat rasa kantuk menyengat mataku
aku tonton televisi sambil termangu 
menatap gambar yang suram kelabu
bergerak tak jelas bagai lampu-lampu
diguyur hujan deras yang bertumpu
dan aku ingin masuk dalam kelambu
 
Daku taruh Kudapawana ke dinding
posisi sebelah kiri fotoku bersanding
dalam kesadaran yang setengah eling
Kudapawana berkata padaku nyaring
Memberi nasehat agarlah selalu eling
Dalam niti hidup di dunia yang mbeling:

“Cucu, jangan lupa pada ajaran agama
dalam bersikap dan berprilaku di dunia
bertaqwa kepada Allah Sang Pencipta
bersikaplah ramah kepada sesama insan
bersikaplah baik kepada semua khewan
bersikap ramah kepada alam lingkungan”

Bumi Pangarakan, Bogor
Rabu, 17 April 2019 03:23 WIB


 

Senin, 15 April 2019

Pantun Wayang: "HIKAYAT ARJUNA" By Ki Slamet 42

Blog Ki Slamet 42: "Wayang Islami"
Senin, 15 April 2019 - 15:12 WIB

HIKAYAT ARJUNA (FOTO: SP)
Raden Arjuna

“HIKAYAT ARJUNA”
By Ki Slamet 42

Arjuna panengah Pandawa
kesatria sakti amat digjaya
berwajah tampan elok rupa
banyak dicintai oleh wanita

Amat masyhur nama Arjuna
kesatriya sakti mandraguna
saktinya itu amat sempurna
penakluk negeri juga wanita

Sudah diberi tahu saudaranya
tingkah jangan memalukannya
akan tetapi Arjuna lupa etika
maka demikianlah akan jadinya

Sang Arjuna punya bantahan
panjanglah alasan diceritakan
Sang Prabu rasa salah dugaan
hingga cerita teruslah berjalan

Adat Arjuna sukalah menggoda
maka ia teruslah melakukannya
dari sedikit teruslah bertamba
sampailah timbulkan huru-hara

Arjuna pun mencoba dahuluan
tiadalah sadari jika itu jebakan
darawati tertawalah kegirangan
sebab Arjuna ‘lah salah kelakuan

Raja Kurawa kurang timbangan
omongan Darawati dibenarkan
Arjuna telah lakukan kesalahan
hingga mendapatkan hukuman

Arjuna disangka laki-laki durjana
Ia telah lakukan perbuatan hina
suka isteri raja yang mencintanya
maka harus dipenggal kepalanya

Oleh sebab Prabu Darmakusuma
Raja amatlah sabar nan bijaksana
maka apalah saja yang orang pinta
diberikannya dengan serta merta

Maka sekarang apalah boleh buat
sudahlah kehendak yang tersurat
maka menjadi panjang ini riwayat
yang ada tersebut dalam hikayat

Darmakusuma kemudian berikan
kepala Arjuna yang lah dipisahkan
demikianlah kehendak dijalankan
sang dalamg kuasa menceritakan

Kepala Arjuna dibawa ke Astina
karena Arjuna sakti mandraguna
terjadi huru-hara di dalam istana
tiada dapat angkat kepala Arjuna

Maka Banowati isteri Raja Astina
yang suka ketampanan sang Arjuna
bawalah kepala Arjuna ke biliknya
lalu diletakkan di tempat tidurnya

Sebab menghendus bau perempuan
tubuh Arjunapun seutuhnya siuman
mereka pun bermesraan diperaduan
mencurah segala hasrat kerenjanaan

Senin, 15 April 2019 – 14:26 WIB
—KSP42—