Kamis, 08 Desember 2011

“ARJUNA MEMILIKI SIFAT ANGKUH” by Slamet Priyadi



ARJUN
Arjuna tidak bisa mencapai moksa secara sempurna karena sifat iri hati  dan sombong, selalu membangga-bangakan kesaktiannya.
 
JUMAT, 9 DESEMBER 2011 - DENMAS PRIYADI BLOG : Apabila kita mengkaji kisah pewayangan, maka itu tak akan lepas dari kajian tentang sifat, watak dan karakter manusia di marcapada ini.  Berkait dengan hal tersebut maka marilah kita membahas salah satu tokoh pewayangan, Arjuna.

Dalam cerita pewayangan Arjuna dikenal sebagai  seorang tokoh kesatriya sejati. Ceritanya  sarat dengan ajaran-ajaran moral. Lalu kalau kita kaji secara mendalam, dalam dunia pewayangan, ternyata tidak ada satu tokohpun yang memiliki watak, sifat, dan karakter yang sempurna. Tak terkecuali tokoh Arjuna.  Arjuna  meskipun ia dikenal sebagai tokoh kesatriya sejati, ia juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu sifat sombong dan iri hati.  Arjuna mempunyai watak sombong, angkuh dan selalu membangga-banggakan atas kelebihan, kepintaran dan kemahiran serta kesaktian yang dimilikinya. Selalu iri hati melihat kepintaran dan kemahiran orang lain, apalagi kepintaran dan kemahirannya itu  melebihi dirinya.  Sebagai ilustrasi mari kita ikuti kisah berikut.

GURU DORNA
Suatu ketika Sang Begawan Dorna dan murid kesayangannya Sang Arjuna, dan seekor anjing,  beserta murid-murid Dorna yang lain pergi berburu ke hutan.  Diceritakan dalam perburuan tersebut anjing yang dibawa Arjuna tersesat  ke dalam hutan yang secara kebetulan di hutan tersebut ada pemuda gagah dan tampan bernama Bambang Ekalaya, seorang Pangeran dari Nisida  yang sedang berlatih memanah. Ketika anjing milik Arjuna mendapati ada seseorang sedang berlatih memanah, anjing tersebut menyalak-nyalak dan menggonggong keras sekali sehingga konsentrasi Bambang Ekalaya terganggu. Merasa sangat terganggu oleh gonggongan anjing tersebut, lalu Bambang Ekalaya mencabut anak panahnya. Tanpa melihat di mana posisi anjing tersebut, dan hanya berdasar arah suara gonggongannya, Bambang Ekalaya kemudian melepaskan anak panahnya ke arah suara gonggongan anjing, dan mengenai mulut anjing tepat di moncongnya sehingga anjing tersebut tak bisa menyalak lagi lalu berlari menemui tuannya, Sang Arjuna.  Mendapati anjingnya kesakitan karena mulutnya terkena tujuh anak panah, Arjuna gusar, marah dan keheranan. Dalam hati ia bertanya-tanya, “Siapakah orang yang telah memanah anjingnya dengan begitu mahirnya”, kemudian Arjuna mencari dan menjumpai Bambang Ekalaya. Dengan perasaan gusar dan kagum ia bertanya kepada Bambang Ekalaya, 

“Siapakah yang telah mengajarimu memanah sampai setangkas dan semahir ini?”. Sambil menunjuk ke arah moncong anjingnya yang masih Nampak kesakitan. Bambang Ekalaya menjawab,

“Aku belajar dari Guru Dorna, meskipun tak belajar secara langsung, tetapi aku belajar dengan tekun melatihnya berulang-ulang sampai aku bisa semahir ini!”  Jawab Bambang Ekalaya tanpa rasa gentar sedikitpun terhadap Arjuna.   

Mendengar jawaban tersebut serta melihat dengan mata kepala sendiri ketangkasan memanah Bambang Ekalaya, Arjuna penasaran dan timbul keinginannya untuk menantang beradu ketangkasan memanah kepada Bambang Ekalaya. Diceritakan dalam adu ketangkasan memanah tersebut berakhir dengan kekalahan Arjuna.
Menerima kekalahan ini Arjuna kemudian menemui gurunya, Begawan Dorna, lalu mengungkapkan rasa kecewanya dan kekalahannya itu kepada gurunya. Arjuna menuduh dan menyalahkan gurunya kalau gurunya telah berlaku tidak adil dan pilih kasih dalam mengajarkan ilmu memanah, terbukti masih ada orang lain yang telah melampaui dan melebihi kepandaiannya dalam memanah. Mendengar tumpahan rasa kesal dan kekecewaan dari satu-satunya murid kesayangannya ini, kemudian Begawan Dorna menjumpai Bambang Ekalaya. Seraya berkata,

“kalau kau benar-benar mengakui aku sebagai gurumu, cucuku, Bambang Ekalaya, coba buktikan kesetiaanmu dan kepatuhanmu terhadap gurumu ini dengan memotong ibu jari tanganmu yang sebelah kanan itu!” 

Dalam cerita pewayangan Bambang Ekalaya dikenal seorang yang sangat menghormati dan mengagumi gurunya, dengan perasaan tenang dan tak gentar sedikitpun Bambang Ekalaya mematuhi perintah gurunya, kemudian memotong ibu jari tangannya yang sebelah kanan, lalu potongan ibu jarinya itu diserahkan kepada gurunya, ini dilakukan dengan perasaan ikhlas.  Dengan keadaan semacam ini otomatis kepandaian memanah Bambang Ekalaya tak ada artinya lagi bagi Arjuna, dan Arjuna sangat senang akan hal tersebut karena tak ada lagi yang bisa menyaingi dan mengalahkan kepandaian ilmu memanahnya.

Apabila kita kaji uraian tersebut di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa sangkaan dan tuduhan Arjuna kepada gurunya, Begawan Dorna yang menganggap telah pilih kasih dan berlaku tidak adil adalah ungkapan watak iri hati dan dengki terhadap kelebihan orang lain yang bisa melampaui dirinya. Lain daripada itu, Arjuna juga dikenal tokoh kesatriya yang berwatak angkuh, sombong dan selalu membangga-bangakan kesaktian yang dimilikinya. Diceritakan pula oleh karena kesombongan dan kedengkian sifatnya ini, Arjuna tidak bisa mencapai moksa secara sempurna.

Ternyata Arjunapun memiliki banyak nama, beberapa diantaranya adalah Janaka, Permadi, Dananjaya, Ciptaning, Mintaraga, dll. [ Pustaka: Karakter Tokoh Pewayangan Mahabarata, Sri Guritno-Purnomo Soimun HP, Direktorat tradisi dan Kepercayaan Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya dan Pariwisata, Jakarta 2002 ]

JUMAT, 09 Desember 2011
Slamet Priyadi di Lido – Bogor



"NATURE HAVE ARJUNA ARROGANT" by Slamet Priyadi
 
Arjuna could not reach moksa is perfect because the nature of envy and pride are always proud of his power.

If we examine the puppet story, then it would not be separated from the study of nature, nature and human character in this live (marcapada). Relation to the matter, let us discuss one of puppet characters, Arjuna.
 
In the story of Arjuna puppet known as a figure man (kesatriya) true. The story is laden with moral teachings. Then if we examine in depth, in the puppet world, there was no one tokohpun who have character, nature, and character is perfect. Arjuna figure is no exception. Arjuna though he was known as kesatriya true figure, it also has weaknesses, namely the nature of pride and envy. Arjuna has a temper haughty, arrogant and always bragged about the excess, cleverness and finesse as well as the magic he had. Always jealous seeing other people as much intelligence and skill, ingenuity and skill were much less than himself. As an illustration let us follow the following story.

Once the teacher (Begawan) Dorna and the beloved disciple Arjuna, and a dog, and their disciples Dorna others went hunting in the woods. Told in the hunt for the dog that brought Arjuna who strayed into the woods by accident in the forest there is dashing and handsome young man named Bambang Ekalaya, a Prince of Nisida who were practicing archery. When Arjuna's dog finds someone was practicing archery, dog barking and barking loudly so that the concentration Bambang Ekalaya disturbed. Was very disturbed by barking dogs, and Bambang Ekalaya revoke his arrows. Without seeing where the position of the dog, and only on the direction of her barking sound, Bambang Ekalaya then releasing the dart toward the sound of barking dogs, and about the dog's mouth right on the muzzle so the dog can not bark again and then ran to his master, the Arjuna. Found dog in pain because his mouth was exposed to seven arrows, Arjuna upset, angry and astonished. In his heart he wondered, "Who is that with so ekspert archery dog", then Arjuna seek and find Bambang Ekalaya. With angry feelings and admiration he asked Bambang Ekalaya,

"Who has taught archery to expert and as good as this?". Pointing toward the muzzle his dog who still seems in pain. Ekalaya Bambang said,

"I learned from the teacher Drona, although not studied directly, but I studied hard to train over and over until I can be as good as this!" Answer Bambang Ekalaya without the slightest trepidation towards Arjuna.

Hearing this answer, and saw with my own eyes Bambang Ekalaya dexterity archery, Arjuna curiosity and desire arise to challenge clashing dexterity to Bambang Ekalaya archery. Told in a penalty shoot stunt ended with the defeat of Arjuna.  Accept this defeat Arjuna then see his teacher, Dorna Begawan, then expressed her disappointment and defeat it to his teacher. Arjuna accuse and blame the teacher if the teacher had been unfair and favoritism in the teaching of science of archery, proved there are still others who have been surpassed and exceeded cleverness in archery. Hearing spills resentment and disappointment from the one his favorite disciple, then Begawan Dorna Bambang Ekalaya encounter.
As I said,

"If you really recognize me as your teacher, grand daughter, Bambang Ekalaya, try to prove your loyalty and obedience to your teacher with a cut thumb was the right hand!"

In the story known puppet Bambang Ekalaya a highly respected and admired teacher, with a sense of calm and not afraid at all Bambang Ekalaya obey his teacher, then cut his thumb on the right, then cut his thumb was left to the teacher, this is done with a feeling of sincere
. With this kind of situation automatic skill archery Bambang Ekalaya nothing else to Arjuna, and Arjuna's very happy about it because nobody else can compete with and beat the versatility of science shot him.

If we examine the above description, then we can conclude that the suspicion and accusations of Arjuna to his teacher, who consider Begawan Dorna has been favoritism and unfair character is an expression of envy and malice against the excess of others who could surpass him.
Other than that, Arjuna is also known characters with character kesatriya haughty, arrogant and always proud of expose magic he had. Told also by pride and envy of this nature, Arjuna could not reach moksa perfectly.

Apparently Arjuna also has many names, some of which are Janaka, Permadi, Dananjaya, Ciptaning, Mintaraga, etc.. [References: Character Figures Puppets Mahabharata, Sri Purnomo Soimun Guritno-HP, traditions and beliefs Affairs Directorate Conservation and Development of Culture and Tourism, Jakarta 2002]

Saturday, December 09, 2011
Slamet Priyadi at the Lido - Bogor

  

 

4 komentar:

  1. @ Arjuna could not reach moksa is perfect because the nature of envy and pride are always proud of his power.

    BalasHapus
  2. Seneng banget saya sama cerita pewayangan..
    Mntap pak admin..Sukses selalu.

    Jangan lupa berkunjung..

    Saya Punya Ini What's On Your Mind Pokoknya seru.. Silahkan datang ya

    BalasHapus