Denmas Priyadi Blog│Jumat, 26 April 2013│23:35 WIB 
"KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA": Kakawin Bharata-Yuddha Oleh Prof. Dr. R.M. Sutjipt...: Denmas Priyadi Blog│Jumat, 26 April 2013│23:35 WIB TRANSKRIPSI KAKAWIN BHARATA-YUDDHA I ( 1 s/d 4 ) Aswighram astu ...
TRANSKRIPSI KAKAWIN BHARATA-YUDDHA I ( 1 s/d 4 )
| 
Aswighram astu | 
Hendaknya tak   ada bahaya merintangi | 
| 
         1.   Sang curamrih ayajna ring samara mahyun i   hilanganikang parangmuka. Lila kembang ura sekar taji ni kecaning ari pejah   ing rannanggana. Urnnaning ratu mati wijanira kunnddanira nagaraning   sucramenggala.  | 
         1.   Sang pahlawan ingin bersaji dan bertujuan untuk   membinasakan musuhnya. Yang merupakan taburan bunga yang indah adalah untaian   bunga di atas rambut yang gugur di medan perang. Urna hiasan manikin di dahi   raja yang telah meninggal merupakan (taburan) beras persajian; Negara musuh   yang terbakar adalah tempat api persajian. Yang disajikan ialah kepala musuh   yang telah terpenggal di atas keretanya, setelah bertempur tidak  mengenal mundur di medan peperanga.   | 
| 
         2.   Dah samangkana kastawanira tekeng tri bhuwana   winuwus jayeng ranna. Kapwasabda bhattara Jayabaya panenggahing sarat. Manggen   sampun inastwaken sujana wara reshi caiwa sogata.  | 
           2. Maka dari itulah sebab sang raja terkenal,   sehingga oleh dunia tiga buwana ia dianggap sebagai pemenang. Musuh yang   telah dikalahkan menamakan sang raja itu seorang raja dewa. Hal ini telah   tersebar dimana-mana, maka oleh dunia Ia disebut “Yang dipertuan raja Jayabaya”.   Ia telah diakui dengan tetap oleh orang-orang pandai, orang-orang berahmana   yang terkenal (terkemuka) dan oleh orang-orang pendeta dari golongan Ciwa dan   Buddha. | 
| 
           3. Ngka rakwan tumurun bhattara Girinatha lawan   amarasangha len reshi. Yatna cri pamaca mamurshita mangarggha ri sira saha citta   nirmala. Yekan thustta manah bhattara muwuwun haji Jayabhaya haywa sangcaya. Tatan   krodha ketaku yak para sukasunga wara karannanta digjaya.    | 
         3.   Pada waktu itu konon dikatakan, bahwa dewa Ciwa   dengan diantarkan oleh segerombolan dewa dan resi turun di dunia. Sang raja   berusaha menyongsongnya dan member penghormatan kepada sang dewa yang   dianggap sebagai Kesucian yang tidak terperikan. Maka sang Siwa sangat   gembira hatinya dan bersabda: “Wahai raja Jayabhaya, janganlah kamu takut. Saya   tidak dating karena marah, melainkan dating untuk member anugerah supaya kamu   jadi pemenang di sepuluh langit”.  | 
| 
         4.    Tanggap tosen anugrahangkwa ri wewangku Jayabhaya   rengon iking praja. Swastyastu prabhu cakrawarttya kita ring sabhuwana jaya   catru ring musuh.tekwan langgenga satmakanaku lawan kita tulusa bhattara ning   jagat. Nahan cabdani ratereh telas inastwakenira reshi-sangha ring langit.     | 
        4. Terimalah anugerah saya, yang saya berikan kepada anakda,   raja Jayabhaya! Hendaknya ini didengarkan oleh seluruh Negara. Berbahagialah   kamu sebagai raja dan jadilah raja besar di dunia dan mengalahkan musuh. Kecuali   itu, hendaknya tetap bersatu jiwamu dengan saya: “langsunglah kamu menjadi   dewa di dunia”.  Demikian kata dewa   Ciwa dengan tandas: “hal ini telah dusetujui    oleh gerombolan orang resi di angkasa”.    | 
Sumber:  
Prof. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosupatro: “Kakawin Baratha-Yuddha”, Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1968. Penerbit - Bhratara, Jakarta
Posted: Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan - BogorProf. Dr. R.M. Sutjipto Wirjosupatro: “Kakawin Baratha-Yuddha”, Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1968. Penerbit - Bhratara, Jakarta
"KARYA SENI BUDAYA NUSANTARA": Kakawin Bharata-Yuddha Oleh Prof. Dr. R.M. Sutjipt...: Denmas Priyadi Blog│Jumat, 26 April 2013│23:35 WIB TRANSKRIPSI KAKAWIN BHARATA-YUDDHA I ( 1 s/d 4 ) Aswighram astu ...

 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar