Minggu, 11 Desember 2011

“WAYANG KULIT BETAWI” By Slamet Priyadi


PENTAS WAYANG KULIT BETAWI
MINGGU, 11 DESEMBER 2011 – DENMAS PRIYADI BLOG : Sekitar tahun tujuhpuluhan ketika saya masih remaja, saya pernah menonton pergelaran wayang kulit di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Pada waktu itu saya belum mengetahui kalau kesenian wayang yang saya tonton tersebut adalah Wayang Kulit Betawi, karena setahu saya pada waktu itu wayang adalah bentuk kesenian masyarakat jawa, terutama Jawa Tengah, tempat saya berasal. Hal ini baru saya ketahui kemudian bahwa wayang yang saya saksikan tersebut Wayang Betawi setelah saya menikmati pergelaran wayang kulit tersebut sampai selesai.  Ternyata wayang yang saya tonton tersebut berbahasa Indonesia dengan disana-sini dihiasi dengan dialek khas Jakarta, penuh humor dan sedikit dialog penuh canda antara dalang dan para nayaga.  Wayang Kulit Betawi yang saya saksikan tersebut dimainkan oleh seorang dalang yang pada waktu itu namanya sudah cukup dikenal oleh masyarakat setempat bernama, Bonang.

Dari pengalaman tersebut di atas telah menggelitik saya untuk mengetahui lebih jauh tentang kesenian Wayang Kulit Betawi. Wayang Kulit Betawi adalah suatu pertunjukan wayang yang menggunakan boneka-boneka terbuat dari kulit kerbau dan penerapan permainan pertunjukannya masih secara Jawa.  Diiringi seperangkat musik gamelan dengan gendang pencak menjadi musik yang dominan dalam mengiringi gerak wayang disertai tembang-tembang Sunda yang mendayu-dayu dinyanyikan oleh para pesinden. Dalam pertunjukan Wayang Kulit Betawi sama dengan pertunjukan wayang  Jawa, dalang menggunakan sekotak wayang kulit dan delapan orang pemain musik gamelan  yang berperan sebagai pengiring pertunjukan wayang.

Di wilayah Lubang Buaya, Cijantung,  Pasar Rebo, dan sekitarnya, Dalang Bonang merupakan satu-satunya dalang yang permainan wayangnya melebihi dalang-dalang lain seangkatannya, konon bahkan dia melebihi gurunya sendiri, Pak Misan yang terlebih dahulu mengundurkan diri sebagai dalang Wayang Kulit Betawi.

Wayang Kulit Betawi termasuk salah satu bentuk kesenian tradisional daerah Jakarta yang sampai sekarang masih digemari masyarakat setempat.  Hal ini terbukti pada setiap pertunjukan di daerah-daerah sekitar Jakarta selalu ada partisipasi penonton, terlihat dari adanya dialog antara dalang dan penonton, dalang dan salah satu  pemain gamelan. Mereka saling sahut-menyahut dengan dialog “nguda rasa”     (bicara dengan diri sendiri).  

Musik pengiring Wayang Kulit Betawi adalah seperangkat gamelan yang terdiri kromong 10 nada, Demung 7 nada, 2 saron dengan 5 nada, dua ketuk, satu kempul dan satu gong.  Sebagai pembawa melodi lagu adalah instrument rebab atau bisa juga oleh pesinden. Adapun musiknya berlaras Slendro.

Sumber cerita Wayang Kulit Betawi bermacam-macam, bisa dari cerita rakyat seperti si Jampang, dari cerita komik, atau dari cerita wayang yang sudah ada maupun cerita karangan. [Referensi : Pertumbuhan Seni Pertunjukan – Prof. Dr. Edi Sedyawati]       
            
"SKIN PUPPET BETAWI" By Slamet Priyadi

SUNDAY, 11 DECEMBER 2011 - Denmas Priyadi BLOG :  Around the seventies when I was a teenager, I never watch puppet performances at Crocodile Hole area, East Jakarta. At that time I do not know if I watched the puppet arts are Wayang Betawi, because to my knowledge at that time the puppet is a form of public art Java, especially Central Java, where I come from. I know it is only then that I witnessed the puppet Puppet Betawi wayang after I enjoyed it until the finished leather. It turns out that I watched the puppet speak Indonesian with here and there adorned with distinctive dialect of Jakarta, full of humor and a bit humorous dialogue between the puppeteer and the nayaga. Skin Betawi puppet that I saw it played by a puppeteer who at that time his name was well known by local people named, Bonang.

From the experience mentioned above has intrigued me to learn more about the art Wayang Betawi.
Skin Betawi puppet is a puppet show that uses puppets made of buffalo skin and application of game show is still in Java. Accompanied by a set of gamelan music with martial drums became the dominant music in the accompanying motion puppet songs with a lilting Sundanese sung by the singer.

In Betawi Wayang performances with Javanese puppet shows, puppeteer using a puppet and a box of eight players who played gamelan music as accompaniment puppet show.

In the region of Lubang Buaya (Crocodile Hole), Cijantung, Pasar Rebo, and surrounding areas, r puppeteer  Bonang was the only game mastermind who puppeteers other than his contemporaries, it is said he even exceeded his own teacher, Mr. Misan the first resign as a puppeteer Puppet Skin Betawi.

Puppet Skin Betawi including one form of traditional art Jakarta area that is still favored the local community. This is evident in every performance in the areas surrounding Jakarta audience participation is always there, visible from the dialogue between the puppeteer and the audience, puppeteer and one of the gamelan players. They said, replied with a dialogue "nguda taste" (talking to yourself).

Leather Puppet Betawi musical accompaniment is a set of gamelan consist Kromong 10 tones, demung 7 tones, 2 saron with 5 tones, two tap, one kempul and a gong. As the carrier is an instrument fiddle melody or it could be the singer. As for the music barreled Slendro.

Wayang stories Betawi sources vary, can of  folklore such as the Jampang, from the comic strip, or from an existing puppet story and story writing. [Reference: Growth of the Performing Arts - Prof. Dr. Edi Sedyawati]



 

1 komentar:

  1. @ Leather Puppet Betawi musical accompaniment is a set of gamelan consist Kromong 10 tones, demung 7 tones, 2 saron with 5 tones, two tap, one kempul and a gong. As the carrier is an instrument fiddle melody or it could be the singer. As for the music barreled Slendro.
    Wayang stories Betawi sources vary, can of folklore such as the Jampang, from the comic strip, or from an existing puppet story and story writing.

    BalasHapus