Sabtu, 17 Desember 2011

ANALYSIS OF ISLAMIC STORY GOD RUCI by Slamet Priyadi


GOD RUCI
SATURDAY, DECEMBER 17, 2011 - Dewa Ruci play in the puppet story is one of the stories written by Muslim poets are better known as the Wali Sanga. In the book, De Heiligen van Java, 150 pages written by Dr. D.A. Rinkes, stated that, "the play-Sunan Kalijaga fabricate new puppet play and puppet shows held by him as the mastermind in the form of wages sentence Creed."

Related to the above, Prof.. Adnan in his speech at the ceremony penyerahah houses for professors IAIN Demangan, Yogyakarta on July 14, 1962 states:
"Our society of Indonesia (Java) are still fond of puppet arts, began to ancient times until now, both in village and city. Therefore Wali Sanga noticed it for the purposes of da'wah enter Islamiyah. "

In a religious act Dewa Ruci is told, the effort and hard work Bima or Arya Sena who want to get the holy water of life, "Perwita Tirta Sari." Various kinds of trials and challenges and temptations facing a very severe Bhima, but Bhima eventually able to handle it and Bima managed to find and get the holy water that intangible Tirta Sari Perwita Dewa Ruci other is not himself. The play implies Dewa Ruci tasauf philosophy of Islam is very deep because of the willingness kesatriya describes a spirituality that hard to find the best possible way in order to bring men to eternal happiness and eternal in Syurga.

Who is Dewa Ruci exactly? Dewa Ruci means a smooth and gentle god, the god of Bima or Arya Sena which is a manifestation of his own personal real.
Narrated when Bima studied the science teacher Drona on the perfection of humanity and learn about real life when he met with Dewa Ruci. He was ordered to go into his body, but Bhima said:

"Is it enough if I get into the sport you are so small?"
"Ha ha ha ... let alone for your body, world and all its contents can enter into my body!" He said Dewa Ruci with a guffaw.

This is a picture or symbol that the human psyche is more extensive than everything in the world.
In the form described his form Dewa Ruci round-eyed, nose, stocky, dreadlocked terkembang, hoofed "arm wrestling Noko", berkain rectangular boxes, and shod cirri a god. Body shape and face exactly the same as Bima only smaller. [Reference: Elements of Islam In Puppets, Drs. H. Effendi zarkasi]

Saturday, December 17, 2011
Slamet Priyadi at the Lido - Bogor

ANALISA ISLAMI LAKON DEWA RUCI  by Slamet Priyadi

Lakon Dewa Ruci dalam kisah pewayangan merupakan salah satu cerita karangan para pujangga Islam yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Dalam buku, De Heiligen van Java, halaman 150 yang ditulis oleh Dr. D.A. Rinkes, dinyatakan  bahwa, “Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon wayang baru, dan menyelenggarakan pertunjukan-pertunjukan wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa Kalimat Syahadat.”  

Berkait dengan hal tersebut di atas, Prof. Adnan dalam kata sambutannya pada acara penyerahah rumah-rumah bagi para dosen IAIN Demangan, Yogyakarta pada tanggal 14 Juli 1962 menyatakan :  

“Masyarakat kita bangsa Indonesia (Jawa) masih gemar sekali kesenian wayang, mulai zaman dahulu hingga sekarang, baik di desa maupun dikota. Oleh karena itu Wali Sanga memperhatikan hal tersebut untuk keperluan memasukkan da’wah Islamiyah.”   

Dalam lakon Dewa Ruci yang religius itu dikisahkan, upaya dan tekad keras Bima atau Arya Sena yang ingin mendapatkan air suci kehidupan, “Tirta Perwita Sari.”  Berbagai macam percobaan dan tantangan serta godaan yang sangat berat dihadapi Bima, akan tetapi Bima pada akhirnya mampu mengatasinya dan Bima berhasil menemukan dan mendapatkan  air suci Tirta Perwita Sari yang berujud Dewa Ruci yang bukan lain adalah dirinya sendiri.  Lakon Dewa Ruci mengandung makna filsafat tentang tasauf Islam yang sangat mendalam oleh karena menggambarkan seorang kesatriya dengan kemauan spiritualitas yang keras untuk mencari jalan yang sebaik-baiknya agar bisa membawa manusia kepada kebahagiaan yang kekal dan abadi di Syurga. 

Siapakah Dewa Ruci sebenarnya?  Dewa Ruci berarti Dewa yang halus dan lembut, adalah dewa dari Bima atau Arya Sena yang merupakan perwujudan dari pribadinya sendiri yang sesungguhnya.  
Dikisahkan ketika Bima berguru kepada guru Dorna tentang ilmu kemanusian dan belajar tentang kesempurnaan hidup sejati ketika bertemu dengan Dewa Ruci. Ia diperintahkan agar masuk ke raganya, akan tetapi Bima berkata:

“Apakah cukup jika aku masuk ke dalam raga kamu yang begitu kecil?”
“Ha ha ha… jangankan hanya sebesar badanmu, dunia dan segala macam isinya ini dapat masuk ke dalam ragaku!” demikian jawab Dewa Ruci sambil tertawa terbahak-bahak.  
Ini sebagai gambaran atau symbol bahwa kejiwaan manusia lebih luas dari dunia seisinya. 

Dalam bentuk wadagnya Dewa Ruci digambarkan bermata bulat, hidung dempak, berambut gimbal terkembang, berkuku “Panco Noko”, berkain kotak-kotak segi empat, dan bersepatu cirri seorang dewa. Bentuk tubuh dan raut muka sama persis dengan Bima hanya lebih kecil. [Referensi : Unsur Islam Dalam Pewayangan, Drs. H. Effendi Zarkasi]

Sabtu, 17 Desember 2011
Slamet Priyadi di Lido – Bogor 





1 komentar:

  1. @ Our society of Indonesia (Java) are still fond of puppet arts, began to ancient times until now, both in village and city. Therefore Wali Sanga noticed it for the purposes of da'wah enter Islamiyah.

    BalasHapus