Blog Ki Slamet 42: Wayang Islami
Juat, 10 Januari 2020 - 05.46 WIB
Juat, 10 Januari 2020 - 05.46 WIB
B. RINGKASAN ISI
CERITA
Raja Wangsapati dan istrinya Dewi Wargapati,
di negeri Wirata mempunyai seorang anak perempuan yang cantik bernama Dewi
Raramis, tetapi badannya berbau amis. Berkali-kali kedua orang tuanyan
mengobati anaknya itu dan sudah beberapa orang tabib, tetapi tidak juga sembuh.
Suatu hari Raja Wangsapati memanggil Dewi Raramis dan menyuruhnya menjadi
penganak perahu dengan bayaran mengobati penyakitnya. Dewi Raramis menuruti
orang tuanya pergi bersama kedua dayangnya ke tepi bengawan untuk
menyeberangkan orang yang memerlukannya. Dewi Raramis hanya boleh kembali ke
negerinya kalau sudah sembuh dari penyakitnya.
Purusara yang sedang berjalan bersama ketiga
panakawannya itu sampailah di tepi bengawan itu, kemudian mencari
penyeberangan. Purusara meminta tolong diseberangkan dan berjanji akan
mengobati penyakit Dewi Raramis dengan pertolongan Lurah Semar. Lurah Semar
memberikan kunyit kepada Purusara untuk dibalurkan ke seluruh tubuh Raramis
sehingga sembuh. Akhirnya Dewi Raramis dapa disembuhkan oleh Purusara dan
mereka pergi ke negeri Wirata. Sesuai janji Raja Wangsapati. Dewi Raramis dan
Purasara pun dikawinkan. Kemudian mereka pun pulang ke negeri Suktadirja.
Purusara dan Dewi Raramis tinggal berapa
lama di negeri Suktadirja. Beberapa bulan kemudian Dewi Raramis mengandung.
Ketika melihat istrinya mengandung, Purusara pun pergi bertapa agar mendapat
anak yang sakti. sepeninggal Purusara, istrinya yang sedang mengandung itu
digoda oleh Sentanu agar mau meladeni keinginannya. Namun, Dewi Raramis menolak
keinginan iparnya itu. Suatu hari Sentanu mengancam akan membunuh panakawannya
kalau maksudnya tidak terkabul sehingga Dewi Raramis mencari akal agar
panakawannya yang tidak berdosa itu tidak mendapat celaka. Untuk menghindari
malapetaka yang akan timbul, Dewi Raramis meminta kepada Sentanu bahwa ia akan
melaksanakan maksudnya kalau negeri itu diberikan kepadanya. Sentanu setuju dan
akan menyerahkannya kepada Dewi Raramis. Rupanya maksud Sentanu itu diketahui
oleh putranya yang bernama Raden Perbata, yang kemudian bermaksud untuk
membunuh bibinya. Ketika Lurah Semar melihat Dewi Raramis hendak dibunuh oleh
Raden Perbata, ia melarikan Dewi Raramis yang sedang menangis ke dalam hutan.
Raden Perbata mengejar Lurah Semar yang sedang membopong Dewi Raramis masuk ke
dalam hutan menghindari kejaran Raden Perbata. Anak-anak Lurah Semar turut
berlari mengikuti Lurah Semar dan Dewi Raramis. Setelah mereka bertemu lalu
mencari Purusara untuk mengadukan halnya. Ternyata Raden Perbata tidak
melanjutkan pengejarannya terhadap Dewi Raramis, tetapi kembali ke istana.
Sentanu pergi ke istana dengan harapan Dewi
Ramis mau menerima dirinya dan hasratnya terlaksana. Akan tetapi ternyata Dewi
Raramis tidak berada di dalam keratonnya. Lalu ia mencari Dewi Raramis sambil
memanggil-manggil nama Dewi Raramis, seperti laku orang yang kurang waras. Dewi
Raramis yang melarikan diri bersama panakawannya bertemu dengan Purusara dan
membangunkan suaminya yang sedang bertapa lalu mengadukan halnya. Purusara
tidak mempercayai cerita istrinya. Tetapi ketika Sentanu datang dengan sikap
seperti orang gila, Purusara pun percaya apa yang dikatakan oleh istrinya.
Purusara menyuruh Lurah Semar membawa istrinya dari tempat itu dan ia berperang
dengan Sentanu karena Sentanu memaksa Dewi Raramis mengikutinya.
Pertempuran antara Sentanu dan Purusara
berlangsung dari siang hingga malam hari tanpa henti bahkan sampai
berbulan-bulan karena tidak ada yang kalah dan menang sehingga kayangan menjadi
goncang dan dunia menjadi rusak binasa. Mereka lupa bahwa Dewi Raramis sedang
mengandung dan saatnya untuk melahirkan dengan pertolongan. Dengan pertolongan
Sangyang Batara, lahirlah putra Dewi Raramis itu dengan selamat yang diberi
nama Ganggasuta. Ganggasuta diasuh oleh Lurah Semar dan anak-anaknya sampai ia
pandai berkata-kata dan menanyakan ayahnya yang sedang bertempur.
Batara Narada turun diutus oleh Sangyang
Punggung karena kayangan goncang, Batara Narada melihat dunia menjadi hancur
akibat perang yang ditimbulkan oleh dua orang bersaudara itu. Ia turun
mengobati dan memperbaiki apa yang rusak dan dikembalikan lagi seperti keadaan
semula sebelum terjadi peperangan oleh keduanya. Batara Narada melihat Sentanu
dan Purusara berperang. Ia lalu melerai dan memisahkan keduanya dan menanyakan
sebab-sebabnya, sehingga mereka pun bisa berdamai kembali seperti semula
sebagai dua orang bersaudara. Dalam pembicaraan itu, Batara Narada menyebutkan
bahwa kelak keturunan Purusara akan ada yang mempunyai sifat seperti Sentanu
yaitu, Arjuna atau Janawi.
Sentanu yang menyadari akan kekeliruannya
dan mengajak Purusara kembali ke negeri Suktadirja, tetapi Purusara yang masih
merasa sakit hati tidak menjawab ajakan Sentanu. Oleh karena Sentanu tidak
berhasil mengajak Purusara, ia pun pulang sendiri ke negerinya, sedangkan
Purusara dengan hati yang masygul pergi mencari istrinya yang sudah pergi
menuju negeri Wirata. Ketika Purusara mencari istri dan anaknya ia tersesat di
dalam hutan. Saat itu ia mendengar suara anak kecil yang sedang menangis
mencari ayahnya.
Jumat,
10 Januari 2020 – 05.54 WIB
Slamet Priyadi di Kp. Pangarakan, Lido – Bogor
Pustaka
Nikmah
Sunardjo, dkk
“Hikayat
Wayang Arjuna dan Purusara
Pusat
Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional Jakarta 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar