Blog Ki Slamet 42: Wayang Islami
Jumat, 07 Febuari 2020 - 09.18 - WIB
Jumat, 07 Febuari 2020 - 09.18 - WIB
A.
SILSILAH
PANDDHU ᗔ
|
ᗕ KUNTHI
|
ᗕ - -
- - - - - - BATHARA INDRA
|
|||||||||
Drupadi
|
ᗕ
Arjuna ᗔ
|
Subadra
|
Ulupi
|
Larasati
|
Srikandi
|
J Jimambang
|
|||||
Pratiwidya
|
Abimanyu
|
Irawan
|
Sumitra
|
Kumala Dewa
|
Kumala Sakti
|
||||||
B.
DESKRIPSI
CERITA
Sebagaimana kelahiran Puntadewa dan Bima
melalui mantra Adityahredaya, lahirnya Arjuna pun melaluimantra tersebut.
ketika Pandu menginginkan seorang anak yang sakti tanpa ada yang menandingi dan
berbudi luhur, ia lalu meminta petunjuk kepada para Brahmana. Atas petunjuk
para Brahmana, Pandu disarankan Bersamadi
untuk memohon kepada Bathara Indra, yang dalam duni pewayangan dikenal
sebagai rajanya para dewa. Adapun caranya, setiap hari – sejak matahari mulai
merekah dari arah timur sampai matahari tenggelam ke arah barat – Pandu harus
berdiri dengan sebelah kaki, sedang kaki yang satunya harus digantung. Di
samping itu, setiap malam tiba Pandu harus memusatkan samadinya untuk memohon
kepada Bathara Indra sampai Sang Bathara itu mendatanginya.
Walaupun jalan yang harus ditempuh oleh
Pandu terasa sangat berat, akan tetapi karena adanya dorongan yang sangat kuat
untuk mewujudkan keinginannya tu, maka semua petunjuk para Brahmana tersebut
tetap dilaksanakan dengan penuh kesabaran. Ementara itu Bathara Indra yang
sebenarnya sudah mengetahui keinginan Pandu, hatinya merasa iba karena melihat
betapa bersungguh-sungguhnya Pandu, hatinya merasa iba karena melihat betapa
bersunguh-sunguhnya Pandu dalam bersamadi. Oleh karena itu, Bathara Indra
mendatangi Pandu sambil bersabda,
“Hai Pandu! Saya
sudah mengetahui apa yang menjadi keinginanmu. Ketahuilah, bahwa permintaanmu
akan saya kabukan”. Setelah
bersabda demikian, Sang Bathara Indra lalu menghilang dari pandangan mata.
Hilangnya Bathara indra ini diikuti dengan badarnya Pandu dalam
melaksakan samadinya. Ketika itu, ia sempat tertegun dengan peristiwa yang baru
saja dialaminya. Namun ia segera sadar lalu memanggilpermaisurinya Dewi Kunthi.
Selanjutnya Pandu bersabda,
“Wahai Dinda!
Ketahuilah keinginan saya untuk mendapatkan serang putera yang sakti tanpa ada
yang menandingi, berbudi luhur dan pandai menggunakan segala macam senjata akan
segera dapat terwujud, karena Bathara Indra telah memberi ilham ketika sya
sedang bersamadi. Oleh karena itu, segeralah Dinda mendatangkan Batara Indra
dengan kekuasaan mantra Adityahredaya”. Mendengar perintah suaminya itu, Dewi Kunthi
menjawab, “Baik Kanda, perintah paduka
akan hamba laksanakan”.
Dewi Kunthi segera mohon diri dari hadapan
suaminya, ia segera mohon diri dari hadapan suaminya, menyiapkan sesaji sebagai
syarat untuk membaca mantra Adiyahredaya. Setelah semuanya tersaji, Dewi Kunthi
lalu membaca mantra sambil berkonsentrasi penuh kepada Bathara Indra. Tanpa
diketahui dari arah mana datangnya. Tiba-tiba Bathara Indra telah berada di
hadapan Sang Dewi. Tanpa basa-basi lagi Sang Bathra menyatukan rasa dengan Dewi
Kunthi sehingga menjadi hamil. Sang Dewi lalu melahirkan serang bayi laki-laki
yang diberi nama Arjuna. 1*)
Bersamaan dengan lahirnya Arjuna, di udara
terdengar suara dari langit yang keras dan menggema,
“Hai Kunthi,
ketahuilah! Putramu yang baru lahir itu kelak mempunyai kesaktian yang sama
denganPrabu Kertawijaya, keperwiraannya sama dengan Bathara Siwa. Jika
berperang tidak dapat dkalahkan lawan seperti Bathara Indra. Ya putramu
inilahnantinya dapat membuat rasa senang keluarganya dan selalu membuat senang
hatimu. Sebagaimana dengan putrinya Dewi Aditiyang bungsu yaitu Bathara Wisnu.
Putramu itu nantinya juga dapat menaklukkan berbagai bangsa, seperti bansa
Somaka, bangsa Cedhi, dan bangsa Kasi. Ya, putramu ini pulalah yang nantinya akan
memberi bantuan Batara Agni dalam menumpas alas Kandhawa”.
“Hai Kunthi,
ketahuilah! Kesaktian putramu itu nantinya sama dengan Bathara Wisnu, seimbang
dengan putranya Resi Jamadagni yang bernama Ramaparasu. Ya, hanya putramu
itulah yang nantinya mampu menandingi Bathara Sangkara, sehingga membuat Sang
Bathara merasa gembira. Untuk mengungkapkan rasa kegembiraannya itu maka
putramu akan diberi anugerah senjata “Pasopati”. Bathara Indra pun juga akan
meminta bantuan kepada putramu untuk membunuh Nitakawaca”.
Mengumandangnya suara tersebut telah
menembus ke seluruh penjuru wilayah Gunung Saptarengga (tempat bertapanya
Pandhu), sehingga semua makhluk hidup yang ada di sana dapat mendengarnya dengan
jelas. Konon, para Brahmana, para pendeta, para pertapa di wilayah tersebut
lalu mendatangi padepokannya Pandhu
Untuk
memberi anugerah bayi yang baru saja dilahirkan oleh Dewi Kunthi itu. Selain
itu, tujuh maharsi yang namanya sudah kesohor, seperti Bharatwaja, Kasyapa.
Wiswamitra, Botama, Jamadagni, Wasista, dan atri juga ikut datang untuk
mendoakan. Bahkan, para dewa ataau apsara, widadara, rajanya naga, rajanya
garuda, dan lain sebagainya juga turut berdatangan ke padepokannya Pandhu guna
memberi selamat atas kelahiran putranya.
Di gunung Saptarengga, Arjuna beserta
saudara-saudaranya (Pandhawa) sempat mendapat didikan ayahnya dengan berbaga
pengetahuan, setelah akhirnya ayahnya itu meninggal karena kutukan Resi
Kimindama(baca cerita Pandhu papa),
ketika mereka masih berusiaanak-anak. Dengan meninggalnya Pandhu, maka Maharsi
Wiyasa (ayah Pandhu) lalu memboyong Dewi Kunthi, Arjuna dan saudara-saudaranya
ke padepokan Ngerawu.
Namun, tidak lama kemudian – atas inisiatif
Widura (adik Pandhu) – Dewi Kunthi dan putra-putrinya itu diboyong lagi ke
kasatrian Astinapura. Hal ini karena Pandhu putra tersebut nantinya harus
menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja di Astinapura, yang waktu itu
diwakilkan kepada Drestarastra (kakak Pandhu). Untuk itu Widura merasa
berkewajiban mendidik keponakan-keponakannya itu. Dengan direstui oleh Resi
Wara Bhisma, maka mulai saat itulah Widura mendidik keponakan-keponakannya
dengan berbagai pengetahuan tentang kenegaraan, pengetahuan tentang agama. Dan
kewajiban-kewajiban seorang ksatria dalam menjalani hidupnya. Ketika Resi Wara
Bhisma yang telah mendapat anugerah dari dewa itu memperhatikan cucu-cucunya
(Pandhawa) satu persatu, ia dapat mengenali dengan jelas bahwa cucu-cucunya itu
merupakan “titah” kesayangan para dewa. Sang Arjuna, sangat diharapkan oleh
Bisma agar nantinya dapat menjadi seorang prajurit yang sakti dan dapat menjadi
“lelakinya” para senopati di medan pertempuran.
_________________________________
1*) Arjuna
mempunyai banyak nama lain. Menurut pedalangan nama-nama itu di
antaranya:Pritaputra, Janaka, Permadi, Dananjaya, Kumbalyali, Ciptaning,
Mintaraga, Pandisiwi, Indranaya, Jahnawi Palguna, Damaswara, dan Margana (
Sudibyoprono. Rio, tt: 36). Sedangkan menurut Bhagavadgita, di antaranya :
Anagha. Bharatashabha, Bharatassama, Bharatasreshtha, Dananjaya. Gudkesa.
Kuntiputra. Kurunandana. Kuruprawira. Mahabahu, Pandawa, Parantapa, dan Parta (
Pendit. Nyoman S., 1991; XXXVI )
—KSP 42—
R E F E R E N S I :
Sri Guritno – Purnomo Soimun HP,
KARAKTER TOKOH PEWAYANGAN MAHABARATA
Proyek Pemanfaatan Kebudayaan
Direktorat Tradisi dan Kepercayaan
Deputi Bidang Peestarian dan Pengembangan Budaya
Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata
Jakarta 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar