Ki Jlitheng Suparman beraksi memainkan karakter baru WKS, yaitu pak Klungsur (kanan) dan mbah dukun, di Plesungan, Minggu (30/6/2013) malam. Foto: Deniawan Tommy Chandra Wijaya |
SoloBlitz -
Senin, 01/07/2013 07:25 WIB - Solo : Bagi
anda para penggemar Wayang Kampung Sebelah (WKS), mungkin sudah tak lagi asing
dengan nama Kampret, hansip Sodron, Lurah Somad, dan lik Karyo yang beraksi
lincah dalam besutan tangan dalang Ki Jlitheng Suparman. Namun kini
ada yang sedikit beda dengan pertunjukan WKS, jika dibanding dengan sebelumnya.
WKS terlihat lebih segar dan tetap tidak kehilangan gaya pertunjukkannya yang
interaktif, dan penuh humor. Misalkan
dengan tampilnya beberapa karakter wayang yang sebelumnya hanya sebagai
figuran, menjadi tokoh utama. Seperti pak Klungsur, Suto Coro, hingga mbah
dukun. Dialek yang
ditampilkan pun bukan sekadar dialek Jawa, atau bahasa Indonesia khas WKS, tapi
juga terkadang memakai dialek Banyumasan, dan Jawa Timuran.
“Sebetulnya
kita hanya mengembangkan apa yang sudah ada, sehingga tidak gagap dalam
mengikuti perkembangan isu. Kalau yang benar-benar baru itu di garap lakonnya
saja, tapi ruh pertunjukan tetap sama. Yaitu mengungkap hal serius tidak dengan
cara yang serius,” beber Ki Jlitheng ketika pentas di rumah sastrawan Halim
Hade, Plesungan, Minggu (30/6/2013) malam.
Jika
sebelumnya kerap mementaskan lakon Atas Mengganas Bawah Beringas, atau Raja
Linglung, kini Ki Jlitheng mengusung lakon Mawas Diri Menakar Berani. Isinya
seputar mengungkap berbagai kecurangan politik, sehingga menimbulkan rasa
saling curiga, dan berakhir petaka di masyarakat.
“Kekacauan
di bangsa ini terjadi karena kecurangan ada dimana-mana. Meski sekecil apapun
itu, jika terus-terusan kita toleransi maka hasilnya pasti masalah. Dan kunci
solusinya hanya satu, mawas diri,” tegas Ki Jlitheng. Lebih
lanjut, Ki Jlitheng mengatakan konsep lakon baru tersebut, tidak semata-mata
sebagai wujud pengembangan gaya pertunjukan WKS saja, tapi sekaligus juga
sebagai wujud pepeling atau peringatan kepada masyarakat, akan bahaya besar
yang mengancam negeri ini, jika semua pihak tidak berani mawas diri. “Makanya ini
persoalan menakar keberanian kita, sejauh mana mau mawas diri. Kalau tidak ya
negara ini akan segera bubar,” pungkasnya.
Deniawan
Tommy Chandra Wijaya |@deniawantommy
Editor : Deniawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar