PERTUNJUKAN WAYANG DAN TASAWUF
Oleh :
Drs. Effendi Zarkasi
Mengenai hal ini Ki Siswoharsojo menguraikan
sebagai berikut:
Adapun
hal-hal yang menyebabkan samarnya ajaran-ajaran ke-ISLAM-an dalam pewayanga
ialah karea ajaran itu berada pada hal-hal yang nampaknya serba k ke-Budhaan, olah
karena itu makan jarang orang dapat menyingkap tabir kehalusan ajaran
ke-ISLAMAN-an yang terdapat di dalam pertunjukan wayang Purwa. Malah, orang yang sudah mengaku Islam seperti
sudah dikhitan, kawin, juga percaya kepada kebudayaan. Buktinya masih adanya upacara “ngeruat”yang
masih berlaku sampai sekarang ini.
Hal yang demikian itu hanya karena tidak tahu,
kemudian ada pertanyaan dalam hati kita asing-masing. Salah siapa, ada ajaran tidak terang-terangan
yang menyebabkan timbulnya takhayul? Jawabannya
adalah bahwa diciptakannya pertunjukan
kesenian Wayang Purwa di Demak itu, memang dengan maksud untuk tuntunan bagi
umat Islam yang telah sampai pada taraf tharikat,
supaya mendapat obor untuk mencapai hakikat dan ma’rifat. Oleh karena itu, maka tidak aneh bagi orang
yang belum mengenal tharikat. Tidak mengetahui
betapa halusnya ke-Islaman dalam pewayangan.
Sebaliknya bagi mereka yang telah mempelajari tasawuf, walaupun lambang
itu ujud apa saja tidak akan mengherankan mereka dan akan mengetahui apa
maksudnya.
Oleh karena itu, maka semua yang diusulkan oleh Sunan
Kalijaga, “Islam harus diajarkan dengan
menggunakan alat kesenian yang ada, dan harus sedikit demi sedikit”. Memang merupakan satu kebijaksanaan umat mulai
syari’at
sampai ma’rifat.
Buat mereka yang belum mendalam tentang Islam, baru
mau membaca syahadat atau Halimah thasyibah dan mengamalkan
sebagian ajaran Islam saja, hukumnya sudah dianggap Islam juga. Apalagi buat mereka yang telah memegangi
rukun iman yang enam dan mengamalkan rukun Islam yang lima itu. Buat mereka yang telah mendapat hidayah jalan
yang lurus (mengamalkan thariqat) jika dia sudah merasa cukup dengan itu saja,
juga sudah boleh menamakan dirinya Islam.
Adapun buat mereka yang bermaksud mencapai hakikat dan ma’rifat sesudah melalui
jalan thariqat, jalan itu lalui dituruti dengan segala keimanan, maka Insya
Allah tentu akan sampai pada ma’rifat, di situlah baru dapat dianggap sempurna
Islamya. Demikian antara lain pendapat
Prof. T. Tohir Abdul Muin, dalam Kitab
Pengantar Ilmu Kalam.
sah satu lakon Wayang Purwa yang bermacam-macam itu
yang tepat menjadi gambaran mencapai thariqat, hakikat dan ma’rifat, ialah
lakon Dewaruci.
Pustaka:
Drs. Effendi Zarkasi, Unsur Islam Dalam Pewayangan,
Alfa Media Jakarta 1981
Ki Slamet 42
- Kp. Pangarakan, Bogor
Sabtu, 19
Desember 2015 – 06:31 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar