AJARAN IMAN DALAM PERTUNJUKAN WAYANG
Denmas Priyadi Blog : "Wayang Islami" - Sudahlah sama kita
ketahui bahwa kesenian wayang yang sudah banyak mengalami perubahan di
sana-sini baik secara bentuk fisik wayangnya itu sendiri maupun makna yang terkandung
di dalam ajaran-ajaranya yang dibawa oleh para penyebar Islam di Jawa
semata-mata adalah untuk da’wah Islam. Oleh
karena itu tentu dalam setiap pertunjukan wayang menyisipkan ajaran Islam
terutama yang berkait ajaran Islam tentang iman.
Pada semua lakon, perlengkapan
dan peralatan wayang purwa yang menciptakan adalah wali. Semuanya merupakan
gambaran kehidupan manusia, dewa dan hewan yang tak bernyawa tadi jika tidak dimainkan
dan digerakkan oleh sang dalang maka semua manusia, hewan dan dewa-dewa yang
berujud manusia itu tidak akan bermakna apa-apa. Tidak ada simbol gerak
kehidupan di alam dunia ini. Oleh karena
itu dalam kaitannya dengan kepercayaan Islam, itu berkait rukun iman pertama, percaya adanya ALLAH. Meskipun adanya dunia dan segala isinya ini
juga karena kudratullah, akan tetapi
tiada bisa hidup tanpa dihidupi oleh kudratullah
itu.
Begitu pula dalam
pertunjukan wayang, Apabila segala sesuatunya telah sempurna disiapkan, maka mulailah
dalang memainkan pertunjukan wayang. Pertunjukan
wayang yang biasanya dimainkan semalam suntuk itu hanya mengambil satu lakon saja. Jumlahnya agak banyak tetapi pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan yang kalah dan yang
menang. Kalah dan menang itu didahului
dengan perang tanding adu kesaktian. Akhirnya
apabila menurut lakon atau cerita suatu tokoh mesti kalah, ya kalah. Walaupun ujudnya lebih perkasa dan
persenjataannya lebih lengkap. Sedangkan
tokoh yang harus dimenangkan, ya harus dimenangkan itu tentu pihak yang benar
menurut pertimbangan akal yang sehat.
Hal menang atau
kalah dalam bertanding dalam hubungannya dengan agama Islam, termasuk rukun iman
yang kelima, percaya terhadap kepastian (takdir baik dan buruk). Adapun tindak peperangan berebut kemuliaan
itu, menunjukkan arti usaha manusia. Ummat
Islam tidak boleh hanya menyerah pada nasib, sebelum berdaya upaya sungguh-sungguh
dalam mengusahakan keduniaan. Oleh sebab
itu, maka dalam perang tanding tadi, meskipun menghadapi berbagai kesukaran,
tetapi apabila dia benar, maka akan mendapat kemenangan dan kemuliaan. (SP)
PUSTAKA :
Drs. H. Effendi
Zarkasi, Unsur-Unsur Islam Dalam Pewayangan.
PENERBIT :
Alfa Daya, Jakarta
1981
Bumi Pangarakan, Bogor
Selasa, 23 Desember 2015 – 14:54 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar