Wayang
Islami – Rabu, 01 Januari 2014 WIB
Smarasanta (Semar dalam Kaligrafi) |
Dalam silsilah wayang yang bukan berasal dari kitab
Adiparwa, manusia pertama kali adalah Nabi Adam. Hal ini sebagaimana dituturkan
Padmosukoco yang dipetik dari kitab para pujangga zaman dahulu. Uraiannya
adalah sebagai berikut,
Tersebutlah dalam buku-buku karangan para pujangga
pada masa dahulu, bahwa yang menurunkan segenap dewa-dewa di Suralaya dengan
segala titahnya di Marcapada adalah, Nabi Adam dan Dewi Hawa. Hal ini sebagaimana
yang tertulis dalam buku:
1.
Paramayoga
dan Pustakarajapurwa:
Keturunan
Adam urutannya sebagai berikut: Adam – Sis – Anwas dan Anwar – Nurrasa – Wenang
– Tunggal – Ismaya – Wungkuhan (Jagad Wungku, Bongkokan) – Smarasanta (Semar).
2.
Serat
Kanda:
Adam – Sis –
Anwas dan Anwar –Nurrasa – Wenang – Tunggal (Semar) – Sabu (Betara Guru). Ada
pun Manikmaya adalah Iblis bernama Idajil.
3.
Mahabarata
(Astadasapurwa):
Para Dewa
terjadi dari pecahan telur gaib, Antiga Maha dwipa yaitu Brahma. Antiga Maha
dipa inilah asal Hyang Brahma, Hyang Prajapati, Hyang Pracetas dan Hyang Daksa.
Para Hyang atau Dewa yang sepuluh itu kemudian menurunkan para dewa-dewa yang
lain, para bidadari, manusia, kera, raksasa.
4.
Menurut
buku-buku atau cerita pedalangan:
Silsilah para
dewa yang kemudian menurunkan wayang-wayang / manusia sebagai berikut: Istri
Adam bernama Hawa, mempunyai anak banyak sekali, kembar lelaki perempuan. Hanya
Sis yang tak kembar. Adam dan Hawa itulah yang menjadi asal-usul manusia di
dunia. Maksudnya Adam menurut serat Kanda*) anak yang tampan dijodohkan dengan
putrinya yang tidak cantik. Hanya Kabil seorang yang membangkang dengan
keputusan ayahnya, Nabi Adam.
Kabil yang
berwajah tampan ini protes pada ayahnya agar ia dijodohkan dengan saudaranya
yang cantik yang diberikan pada adiknya, Habil. Akan tetapi karena itu sudah
menjadi keputusan, permintaan Kabil ditolak.
Kabil merasa sangat kecewa dengan ayahnya, ia iri pada adiknya dan nafsu
jahat merasuk jiwanya, maka ia pun
membunuh Habil dan istri Habil diambilnya. Akhirnya Kabil
menjadi murid Iblis Idajil yang bernama Manikmaya. Dengan demikan menurut Serat
Kanda, Manikmaya bukanlah Batara Guru. Dari perkawinannya ini Kabil memiliki
putra bernama Dabil dan Daliyah. Sis menurut serat Ambiya**) beristrikan Dewi
Mulat yang melahirkan dua anak yaitu, Anwas dan Anwar. Anwas menurunkan para
nabi sedangkan Anwar menurunkan para Dewa, pendeta, dan para raja. Tentu saja
keturunan Anwar itu semuanya adalah manusia biasa.***)
Demikianlah silsilah
asal-usul pewayangan. Jelasnya menurut cerita pedalangan para
Dewa-Dewa, Raja-Raja, dan manusia lainnya adalah keturunan Adam. Cerita pedalangan ini tertulis dalam serat
Ambiya. Dalam serat tersebut diuraikan tentang asal-usul kejadian dunia beserta
isinya, terutama para Nabi-Nabi.
Tentang terjadinya
dunia dituturkan bahwa pada awalnya Allah menciptakan cahaya lalu mengental
menjadi sesotiya atau barlian, kemudian menjadi air, buih. Buih ini pada
akhirnya menjadi bumi dan menjadi langit ke tujuh. Adam kemudian menurunkan
para nabi, dewa, raja, manusia yang lainnya, dan seterusnya.****)
Setelah sebelumnya kita
membahas pengertian wayang, macam-macam wayang, asal-usul wayang dan
perkembangan wayang purwa, maka dapat kita simpulkan:
-
Ada dua macam pengertia wayang, yaitu wayang
yang berarti “bayang-bayang”, dan “ wayang yang berarti “bayangan pikiran”.
-
Macam-macam wayang tidak kurang dari 13 macam,
dan wayang purwa merupakan salah satu di antara dari yang 13 macam itu
-
Sumber isi lakon cerita wayang Purwa diilhami
oleh Kitab Ramayana dan Mahabarata berbahasa Jawa kuna yang tentu saja diambil
dari kitab Ramayana dan Mahabarata berbahasa Sansekerta(India).
-
Baik silsilah maupun ceritanya, sudah banyak
berubah dari aslinya bahkan banyak cerita-cerita baru seperti, Batara Guru dan
dewa-dewa merupakan keturunan Adam sehingga tidak lagi dianggap syirik,
menyekutukan Tuhan dalam cerita pedalangan.
-
Ujud wayang Purwa kulit seperti yang sudah ada
itu adalah ciptaan asli Indonesia yang dirubah dan disempurnakan oleh para wali
penyebar agama Islam di Jawa pada sekitar awal berdirinya kerajaan Demak.
-
Sebelum era kerajaan Demak, fungsi wayang
(Beber) hanya untuk keluarga raja, sedangkan pada masa era Demak wayang kulit
digunakan sebagai media da’wah Islam dan menjadi kebudayaan rakyat.
Catatan:
*) Serat Kanda yang
ditulis pada zaman Kartasura
**) Menurut Prof. Dr.
R.M Ng. Poerbotjaroko. Serat Ambiya cerita Arab, masuknya ke Jawa sekitar akhir
masa kerajaan Mataram.
***) Padmasukatja,
Wayang Purwa Sarasilah Mawa Sesuluh, hal. 1-2
****) Prof. R.M. Ng.
Poerbotjaroko, Kepustakaan Jawi, hal. 122
Jakarta, 7 Desember 1981
Penulis :
Drs. H. Effendi
Zarkasi
Posted:
Drs. Slamet Priyadi
Pangarakan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar