Denmas
Priyadi | Sabtu, 19 Januari 2013 | 09:30 WIB
Pentas Wayang |
DENMAS PRIYADI BLOG - slameti.blogspot.com - Sebagaimana
kita ketahui bahwa wayang adalah salah satu bentuk kesenian Indonesia yang
sengaja diciptakan oleh para penyebar agama Islam, (Wali) dipergunakan sebagai
media da’wah. Oleh karena itu dalam praktik pertunjukannya pun banyak
dipengaruhi oleh ajaran Islam baik dari ceritanya, perlengkapan, dan
seperangkat gamelan sebagai instrumen musik pengiring pentas pertunjukan.
Ada
beberapa faktor yang benar-benar harus diperhatikan dalam pentas pertunjukan
wayang agar berjalan dengan baik, yaitu: Lakon
(cerita), Perlengkapan yang terdiri
atas boneka wayang, kelir, belencong, seperangkat istrumen musik gamelan, dan
lain-lain. Dan Para pemain seperti
dalang, nayaga, waranggana serta Pertunjukannya
itu sendiri.
Pentas
pertunjukan wayang pada umumnya diselenggarakan pada saat malam hari. Ada juga
yang dilaksanakan pada siang hari, yaitu jika pertunjukan wayang itu
dimaksudkan untuk 'ngeruwat' sebagai upacara ritual agar diberikan keselamatan
oleh Tuhan. Berikut adalah bagan dan perlengkapan yang harus disiapkan dalam
sebuah pentas pertunjukan wayang yang penulis kutip dari buku “Unsur Islam
Dalam Pewayangan” halaman 132-134.
Dahulu
pentas pertunjukan wayang diadakan di antara rumah dan balairung yang dinamakan
“pringgitan”. Di tempat itu dipasang
“kelir” kain mori berwarna putih
dengan panjang sekitar 4 meter, dan lebar 1,25 meter. Di bawah kelir terdapat dua
buah gedebog, batang pisang yang diletakkan secara rebah berjajar atas dan
bawah dengan pangkal pisang saling bertentangan dengan ditopang oleh patok dari
kayu berjajar yang di bawahnya memakai telapak kaki disebut tapak dara, telapak merpati. Pada
gedebog atas dan kanan-kiri ditancapkan boneka wayang berjajar secara urut mulai dari tepi untuk wayang yang tinggi dan
besar. Di tengah sengaja dibuat kosong karena difungsikan sebaga arena
gelanggang pentas wayang yang dimainkan oleh dalang.namanya Panggungan atau Paseban dengan lebar 1,60 meter.
Untuk
hiasan kelir biasanya pada setiap sisi-sisinya dirangkap dengan kain hitam, biru tua atau merah dengan lebar
sekitar 0,90 meter. Sisi bawah dinamakan palemahan,
dan sisi atas dinamakan pelangitan. Kanan-kirinya
memakai tali, dimasukkan kayu bulat untuk menarik sligi yang di bawahnya ditancapkan pada gedebog pisang. Bagian atas
masuk ke blandar bambu. “Palemahan dan “Pelangitan” tepinya menggunakan tali
untuk palemahan paka tancapan pada gedebog yang dinamakan “placak”. Biasanya
terbuat dari kuningan atau emas tiruan, ada juga yang menggunakan besi.
Sedangkan kolong untuk mengkaitkan tali kelir pada blandar bambu. Gedebog yang
atas sebagai palenggahan wayang raja, atau para satriya, sedang gedebog bawah
sebagai paseban untuk kaum sudra dan hamba sahaya.
Belencong
adalah lampu yang digantung di atas kepala dalang. Jarang antara lampu dan
kepala dalang biasanya berjarak 0,90 meter dan antara belencong dan kelir 0,40 meter, ini dimaksud agar Nampak jelas
muka boneka wayang. Kotak, tempat
kelebihan wayang diletakkan sebelah kiri dalang.
Setelah
selesai mengatur wayang sebagai sumpingan, wayang yang lain(dudahan) diatur
sebagai berikut:
1. Di
atas eblek di atas kotak adalah:
a. Para
pandita, cantrik
b. Parekan,
dagelan
c. Eblek
bawah, hewan-hewan hutan, kereta dan senjata
2. Yang
berada di kotak
a. Para
patih
b. Para
kurawa, termasuk patih Sengkuni dan pandita Durna
c. Punggawa
d. Raksasa
e. Di
eblek bawah Dewa, ketek dan setan
3. Wayang
sumpingan kanan, disiapkan di gedebog kanan bawah
4. Wayang
sumpingan kiri, disiapkan di gedebog sebelah kiri bawah.
Referensi
Drs. H.Effendi Zarkasi.
“Unsur Islam Dalam Pewayangan”: ALFA DAYA. Jakarta