Pergelaran Wayang Kulit |
KAMIS, 10 NOVEMBER 2011 - DENMAS PRIYADI'S BLOG - Menurut R.T.
Josowidagdo,wayang berarti “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas pergelaran wayang. Bayang-bayang wayang muncul karena adanya sinar “belencong” yang bergantung di atas kepala sang dalang. Ada pula yang mengartikan wayang merupakan “bayangan angan-angan” oleh karena dalam ceritanya menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam angan-angan.
Dalam hal ini penciptaan semua bentuk wayang selalu disesuaikan dengan watak, sifat, dan perilaku tokoh-tokoh yang dibayangkan. Seperti tokoh yang memiliki karakter baik digambarkan dengan berbadan lurus, bermuka tampan, gagah dan berpandangan tajam. Tokoh jahat digambarkan bentuk tubuh yang besar, kasar, bermuka lebar, berhidung besar, bermata merah dengan wajah pun berwarna merah dengan rambut gimbal.
Menurut Doktor Th. PIQEUD. Wayang adalah boneka yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu sendiri. Adapun pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat berkait dengan sikap hidup yang harus dijalani manusia di alam mayapada ini. Sedangkan untuk ilustrasi musik pergelaran wayang ialah dengan musik gamelan slendro.
Adapun berbagai macam jenis wayang dijelaskan Raden Mas Sayid. Beberapa yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah:
Adapun berbagai macam jenis wayang dijelaskan Raden Mas Sayid. Beberapa yang sudah dikenal oleh masyarakat adalah:
1. Wayang Purwa
Purwa berarti terdahulu atau yang pertama, oleh karena itu lakon wayang purwa menggambarkan kisah tentang kitab Mahabarata dengan inti cerita perang “Barata Yuda”
Yaitu perang saudara keturunan Barata, yaitu antara keluarga Pandawa dan Astina yang memperebutkan kerajaan Amartapura yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Pandawa. Cerita wayang Purwa ini pada awalnya berwujud lukisan yang dibuat pada daun lontar oleh Prabu Jayabaya raja Kediri. Kemudian di masa kerajaan Majapahit sampai Demak terjadi perubahan bentuk wayang baik teknik maupun bahan baku pembuatan wayang seperti apa yang kita lihat sampai sekarang. Yaitu melalui proses pahatan, lukisan dengan bentuk pandang samping terbuat dari kulit khewan. Menurut R. Samsudjin Proboharjono, jumlah wayang dalam satu kotak berisi kurang lebih 200 wayang.
2. Wayang Madya
Wayang zaman tengah ini hasil kreatifitas Raja Mangkunegara IV, Surakarta. Isi ceritanya merupakan kelanjutan dari cerita wayang purwa, yaitu sesudah pemerintahan Prabu Parikesit sampai zaman pemerintahan kerajaan Jenggala Kediri. Menurut Raden Samsudjin, cerita Wayang Madya merupakan saduran dari karangan Pujangga terkenal Raden Ngabehi Ronggowarsito.
3. Wayang Gedog
Gedog berarti kedok atau topeng. Wayang Gedog diciptakan oleh salah seorang Wali Songo, yaitu Sunan Giri. Cerita Wayang Gedog juga merupakan lanjutan dari cerita wayang Madya, yakni menggambarkan kerajaan Jenggala sampai kerajaan Pajajaran. Wayang Gedog ini juga menceritakan zaman Kediri (Daha).
4. Wayang Krucil/Wayang Klitik
Krucil berarti kecil-kecil sedangkan klitik mengandung pengertian keras. Wayang Krucil bentuknya kecil-kecil dibuat dari bahan kayu, berjumlah hanya 70 buah. Ceritanya menggambarkan sejarah Kerajaan Pajajaran sampai Kerajaan Majapahit.
5. Wayang Golek
Wayang Golek banyak terdapat di Cepu dan Bojonegoro. Terbuat dari bahan kayu
berjumlah sekitar 70 buah. Ceritanya menggambarkan riwayat Menak yang berhubungan dengan negeri Arab dan Persia pada zaman awal Islam. Wayang Golek juga terdapat di Jawa Barat. Bedanya hanya pada penampilan tokoh Bagong yang diganti denga Cepot. Jawa Barat merupakan daerah khusus wayang golek, terbanyak di daerah Priangan.
Wayang Golek banyak terdapat di Cepu dan Bojonegoro. Terbuat dari bahan kayu
berjumlah sekitar 70 buah. Ceritanya menggambarkan riwayat Menak yang berhubungan dengan negeri Arab dan Persia pada zaman awal Islam. Wayang Golek juga terdapat di Jawa Barat. Bedanya hanya pada penampilan tokoh Bagong yang diganti denga Cepot. Jawa Barat merupakan daerah khusus wayang golek, terbanyak di daerah Priangan.
6. Wayang Perjuangan/ Wayang Suluh
Wayang Perjuangan dinamakan juga Wayang Sandiwara. Cerita wayang ini berupa kebaikan dan keburukan yang menggambarkan betapa kekejaman kolonialis Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia, penjajahan Jepang tiga setengah tahun, sampai zaman kemerdekaan. R.M. Sayid Sala tahun 1944 turut mencipta wayang ini. Ada juga yang memberi nama wayang Perjuangan atau wayang sandiwara ini dengan nama Wayang Suluh karena digunakan sebagai media penerangan atau penyuluhan, seperti yang dilakukan Jawatan Penerangan R.I. / RRI.
Wayang Perjuangan dinamakan juga Wayang Sandiwara. Cerita wayang ini berupa kebaikan dan keburukan yang menggambarkan betapa kekejaman kolonialis Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia, penjajahan Jepang tiga setengah tahun, sampai zaman kemerdekaan. R.M. Sayid Sala tahun 1944 turut mencipta wayang ini. Ada juga yang memberi nama wayang Perjuangan atau wayang sandiwara ini dengan nama Wayang Suluh karena digunakan sebagai media penerangan atau penyuluhan, seperti yang dilakukan Jawatan Penerangan R.I. / RRI.
Menurut R. Samsoedjin, Wayang Perjuangan atau Wayang Suluh diciptakan oleh Badan Kongres Pemuda R.I. tahun 1946/1947 di Yogyakarta. Adapun bentuk wayangnya realistis tidak mengalami perubahan bentuk sebagai mana wayang kulit atau wayang golek bentuknya seperti manusia biasa. Menceritakan tentang tokoh-tokoh perjuangan tanah air seperti Bung Karno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Jendral Sudirman, H.Agus Salim, dll.
7. Wayang Wong / Wayang Orang
Wayang ini sudah dikenal sejak pemerintahan Mangkunegoro IV Surakarta. Isi cerita seperti pada wayang Purwa. Tokoh-tokoh pelakunya dimainkan oleh orang. Dimainkan di atas panggung dengan dekorasi sperti sandiwara. Dalang masih berperan aktif dalam wayang ini. Menurut Mulyadi, dokumen-dokumen resmi tentang asal-usul “wayang orang” tidak ada. Orang Solo menyatakan bahwa Wayang Orang itu pertama kalinya telah diperintahkan penyelenggaraannya oleh Mangkunegoro V. Menurut orang Yogya. Wayang Orang itu ciptaan Hamengkubuwono I. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa sebenarnya ke dua raja di Solo dan di Yogya itu bukan yang menciptakan melainkan hanya menyempurnakan saja dengan menyamakan bentuk pakaian yang digunakan oleh pelakon dengan bentuk wayang kulit baik dalam pakainnya, maupun bentuk perhiasan pakainnya yang disesuaikan dengan gambar wayang kulit.
Awalnya Wayang Orang ini hanya dimainkan di istana oleh keluarga raja,seiring waktu karena digemari juga oleh rakyat akhirnya dipergelarkan juga untuk rakyat. Rombongan terkenal dari Wayang Orang ini beberapa diantaranya adalah, Ngesti Pandowo ( Semarang ), Sriwedari (Solo ), Cipta Kawedar, dan Bharata ( Jakarta ).
8. Wayang Beber Diciptakan pada zaman Majapahit sebagai hasil perkembangan dari relief-relief yang terdapat pada Candi Panataran. Isi cerita tak berbeda dengan Wayang Purwa. Wayang beber terdiri dari adegan-adegan yang dilukis pada kain halus. Sebelumnya dilukis pada kulit kayu waru. Satu cerita berisi 16 adegan terdiri dari 4 gulung, jadi setiap gulungan terdiri dari 4 adegan. Berbeda dengan jenis wayang yang lain, wayang beber tidak dipegang oleh sang dalang. Setelah dibeber sang dalang baru menceritakan dari balik gambar. Lama pertunjukan biasanya selama 2 jam. Menurut Hartono, Wayang Beber sudah terkenal pada zaman Majapahit. Dalam buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca menyebutkan, bahwa pada waktu Raja Hayam Wuruk menjadi raja, Wayang Beber dan Wayang Topeng merupakan seni pertunjukan yang sudah populer di kalangan rakyat. Tehnik membentangkan kain layar inilah yang memberi nama Wayang Beber pada seni pertunjukan tersebut. ( beber = bentang ) [<SP>]
8. Wayang Beber Diciptakan pada zaman Majapahit sebagai hasil perkembangan dari relief-relief yang terdapat pada Candi Panataran. Isi cerita tak berbeda dengan Wayang Purwa. Wayang beber terdiri dari adegan-adegan yang dilukis pada kain halus. Sebelumnya dilukis pada kulit kayu waru. Satu cerita berisi 16 adegan terdiri dari 4 gulung, jadi setiap gulungan terdiri dari 4 adegan. Berbeda dengan jenis wayang yang lain, wayang beber tidak dipegang oleh sang dalang. Setelah dibeber sang dalang baru menceritakan dari balik gambar. Lama pertunjukan biasanya selama 2 jam. Menurut Hartono, Wayang Beber sudah terkenal pada zaman Majapahit. Dalam buku Negarakertagama karangan Mpu Prapanca menyebutkan, bahwa pada waktu Raja Hayam Wuruk menjadi raja, Wayang Beber dan Wayang Topeng merupakan seni pertunjukan yang sudah populer di kalangan rakyat. Tehnik membentangkan kain layar inilah yang memberi nama Wayang Beber pada seni pertunjukan tersebut. ( beber = bentang ) [<SP>]
Pustaka: Karakter Tokoh Pewayangan Mahabarata / Sri Guritno-Purnomo Soimun HP/ Unsur Islam Dalam Pewayangan / Drs. H. Effendi Zarkasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar