Jumat, 18 Desember 2015

PERTUNJUKAN WAYANG DAN TASAWUF Oleh : Drs. Effendi Zarkasi




Image "Pentas Wayang" ( Foto: Google )

PERTUNJUKAN WAYANG DAN TASAWUF
Oleh : Drs. Effendi Zarkasi

Mengenai hal ini Ki Siswoharsojo menguraikan sebagai berikut:

Adapun hal-hal yang menyebabkan samarnya ajaran-ajaran ke-ISLAM-an dalam pewayanga ialah karea ajaran itu berada pada hal-hal yang nampaknya serba k ke-Budhaan, olah karena itu makan jarang orang dapat menyingkap tabir kehalusan ajaran ke-ISLAMAN-an yang terdapat di dalam pertunjukan wayang Purwa.  Malah, orang yang sudah mengaku Islam seperti sudah dikhitan, kawin, juga percaya kepada kebudayaan.  Buktinya masih adanya upacara “ngeruat”yang masih berlaku sampai sekarang ini.

Hal yang demikian itu hanya karena tidak tahu, kemudian ada pertanyaan dalam hati kita asing-masing.  Salah siapa, ada ajaran tidak terang-terangan yang menyebabkan timbulnya takhayul?  Jawabannya  adalah bahwa diciptakannya pertunjukan kesenian Wayang Purwa di Demak itu, memang dengan maksud untuk tuntunan bagi umat Islam yang telah sampai pada taraf tharikat, supaya mendapat obor untuk mencapai hakikat dan ma’rifat.  Oleh karena itu, maka tidak aneh bagi orang yang belum mengenal tharikat.  Tidak mengetahui betapa halusnya ke-Islaman dalam pewayangan.  Sebaliknya bagi mereka yang telah mempelajari tasawuf, walaupun lambang itu ujud apa saja tidak akan mengherankan mereka dan akan mengetahui apa maksudnya.

Oleh karena itu, maka semua yang diusulkan oleh Sunan Kalijaga, “Islam harus diajarkan  dengan menggunakan alat kesenian yang ada, dan harus sedikit demi sedikit”.  Memang merupakan satu kebijaksanaan umat mulai syari’at sampai ma’rifat.

Buat mereka yang belum mendalam tentang Islam, baru mau membaca syahadat atau Halimah thasyibah dan mengamalkan sebagian ajaran Islam saja, hukumnya sudah dianggap Islam juga.  Apalagi buat mereka yang telah memegangi rukun iman yang enam dan mengamalkan rukun Islam yang lima itu.  Buat mereka yang telah mendapat hidayah jalan yang lurus (mengamalkan thariqat) jika dia sudah merasa cukup dengan itu saja, juga sudah boleh menamakan dirinya Islam.  Adapun buat mereka yang bermaksud mencapai hakikat dan ma’rifat sesudah melalui jalan thariqat, jalan itu lalui dituruti dengan segala keimanan, maka Insya Allah tentu akan sampai pada ma’rifat, di situlah baru dapat dianggap sempurna Islamya.  Demikian antara lain pendapat Prof. T.  Tohir Abdul Muin, dalam Kitab Pengantar Ilmu Kalam.

sah satu lakon Wayang Purwa yang bermacam-macam itu yang tepat menjadi gambaran mencapai thariqat, hakikat dan ma’rifat, ialah lakon Dewaruci.

Pustaka:
Drs. Effendi Zarkasi, Unsur Islam Dalam Pewayangan, Alfa Media Jakarta 1981

Ki Slamet 42 - Kp. Pangarakan, Bogor
Sabtu, 19 Desember 2015 – 06:31 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar